Jakarta (ANTARA News) - Sejarah baru bagi Bursa Efek Indonesia (BEI) telah diciptakan yakni dengan dihapusnya lantai pedagangan (trading floor) yang selama ini menjadi simbol perdagangan efek Indonesia.

Perdagangan Floorless bukan lagi hal yang baru, negara tetangga seperti Malaysia, Singapura atau pun Hongkong sudah lama menerapkan sistem ini.

Namun, beberapa orang menilai floorless terlalu dini untuk diterapkan di BEI. Pengamat Pasar modal Ahmad Riyadi di Jakarta, Rabu mengatakan, banyak orang memang menyesalkan penghentian lantai perdagangan dihapus.

"Masih terlalu dini, karena trading kita masih riskan, kalau pernah ingat tahun 2003 kalau tidak salah nilai trading sampai spektakuler sehingga mesin JATS (Jakarta Automatic Trading System) mati," katanya.

"Bagaimana nanti bila frekuensi trading yang hebat, terus terjadi hal yang sama, manual seperti yang kemarin masih sangat di butuhkan," lanjutnya.

Beberapa kalangan juga mengajukan usulan agar lantai perdagangan tetap dipertahankan, namun dengan ruangan yang lebih minimalis.

Usulan tersebut disampaikan beberapa floor trader pada pertemuan antara beberapa pialang itu dengan Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI), dan pihak otoritas bursa.

Kordinator Bidang Organisasi IPEI M. Syurbainy Nasution mengatakan usulan untuk menunda penutupan trading floor disampaikan karena memang trading floor sudah menjadi bagian terpisahkan dari perdagangan efek.

Menjawab kekecewaan dan keresahan tersebut, manajemen BEI pun tidak tutup mata. Trading floor akan dipugar dan nantinya menjadi museum pasar modal, galeri, tempat pelatihan, hingga sekolah pasar modal.

"Sehingga, fungsi pendidikan dan sosialisasi pasar modal bagi masyarakat tetap tidak hilang. Revitalisasi ini diharapkan bisa membuat sosialisasi pasar modal pun lebih efektif," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Ito Warsito.

Pasca diluncurkannya perdagangan online trading, Perdagangan sudah tidak lagi mengenal waktu dan tempat. Dimanapun kapanpun, transaksi dapat dilakukan.

Sementara, Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI Supandi mengatakan, sudah saatnya trading floor dihilangkan. Sebagai gantinya, BEI akan membuat museum pasar modal, perluasan galeri, dan ruang simulasi perdagangan, sehingga tamu-tamu yang berkunjung ke BEI, masih bisa merasakan nuansa pasar modal Indonesia.

"Nantinya, kita dapat memanfaatkan ruang simulasi perdagangan untuk seremonial yang selama ini digelar di lantai bursa, misalnya untuk akhir dan awal tahu," tambah Supandi.

Ketua Asosiasi Analis Haryajid Ramelan di Jakarta, Selasa mengatakan, dengan ditutupnya lantai perdagangan bursa tidak berpengaruh signifikan terhadap sistem baru itu.

"Jika ada salah satu sekuritas belum mempunyai sistem online trading, toh mereka di kantornya juga sudah mempunyai sistem remote trading, jadi dengan penutupan lantai perdagangan tidak masalah," ujarnya.

Ia menilai, dengan sistem online trading, pasar modal Indonesia dapat berkembang lebih baik lagi dari sebelumnya, karena dengan sistem online trading tidak terbatas ruang dan waktu.

"Lantai perdagangan,di beberapa negara juga sudah tidak digunakan. Kalau lantai BEI tetap dibiarkan sayang, biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dibanding kegunaannya, terutama dalam hal biaya perawatan dan penggunaan ruang," ujar Haryajid.
(ZMF/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010