"Hal tersebut merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi terjadinya pembalakan yang kerap terjadi dan dilakukan oleh masyarakat sehingga semakin menipisnya hutan di daerah kami," ujar Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu, Junaidi Hasyim, di Pringsewu, Minggu.
Menurut dia, selama ini masyarakat yang melakukan perambahan hutan untuk dijadikan lahan garapan, selalu beralasan tindakan tersebut mereka lakukan karena tidak memiliki pekerjaan serta lahan yang dapat mereka kelola.
"Mereka membuka hutan kawasan untuk dijadikan lahan garapan, karena tidak memiliki pekerjaan serta lahan yang bisa mereka kelola dan kita tentu tidak bisa mengabaikan hal tersebut," kata dia.
Ia menjelaskan, pendekatan militerisme selama ini dalam menanggulangi perambahan hutan kawasan oleh masyarakat tidak atau kurang tepat. Karena itu, harus ada pendekatan lain yang lebih manusiawi yang dapat memberikan mereka opsi atau pilihan yang lebih baik.
Opsi tersebut, sambung dia, haruslah dapat menciptakan pemberdayaan kemandirian ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Untuk itu, pihaknya sedang mematangkan kosep rehabilitasi hutan dengan basis pemberdayaan kemandirian ekonomi masyarakat.
Nantinya, tambah dia, masyarakat akan dilibatkan secara aktif dalam rehabilitasi hutan, di sana juga masyarakat akan diberi pengetahuan dan program lainnya yang dapat membuat kemandirian ekonomi mereka dalam merawat dan melestarikan hutan.
"Kita akan mencoba mensinergikan rehabilitasi hutan dengan peternakan, perdagangan dan pariwisata, sehingga hutan dapat dijadikan kawasan ekowisata yang memberikan lahan ekonomi bagi masyarakat," kata dia lagi.
Model pengelolaan hutan yang bersinergi dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat tersebut, tambahnya, diharapkan akan menjadi satu model dalam rehabilitasi dan pengelolaan hutan yang lebih baik.
"Saat ini kita sedang menyusun konsep dasarnya, nantinya akan kita buat satu daerah yang akan dijadikan `pilot project` atau pusat percontohan," jelas dia. (ANT-050/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010