Banjarmasin (ANTARA News) - Sebanyak 22 suku dan pemuka agama yang tergabung dalam ikatan antarsuku beragama (Ikasba) Kalimantan Selatan segera bertemu mengantisipasi meluasnya kerusuhan yang terjadi di Tarakan, Kalimantan Timur.

"Kita akan segera melakukan pertemuan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Fakhrudin di Banjarmasin, Kamis.

Menurut dia, selain akan melakukan pertemuan, pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan aparat keamanan untuk bisa menjaga keamanan dan ketertiban beberapa daerah di Kalsel.

Daerah-daerah yang mendapatkan penjagaan ketat tersebut antara lain adalah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru yaitu daerah yang penduduk suku Bugis cukup banyak.

"Pada dasarnya tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan di Kalsel, seluruhnya masih cukup terkendali dan aman, kita tidak terpengaruh dengan kejadian di Tarakan," katanya.

Namun demikian, kata dia, menjaga hal-hal yang tidak diinginkan aparat keamanan dan Pemprov Kalsel tetap waspada dan selalu menyerukan agar masyarakat dari berbagai suku tidak terpengaruh.

Pada kesempatan tersebut, Fakhrudin juga menyatakan agar seluruh warga Kalsel melaksanakan falasafah "di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung" dan tetap saling menghargai antara suku baik orang lokal maupun pendatang.

Tentang kemungkinan Kalsel akan mendapatkan limpahan pengungsi, tambah Fakhrudin, Kalsel terbuka terhadap masuknya warga dari mana saja, asalkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Mengantisipasi meluasnya konflik tersebut, aparat Kepolisian Daerah Kalsel juga telah melakukan langkah-langkah pembinaan, antara lain melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga kedua etnis.

Aparat kepolisian disebar untuk mengunjungi beberapa rumah warga, antara lain rumah H Bandu Daeng Manase di Jalan Zafri Zam-Zam Banjarmasin.

"Saya diminta untuk tidak terprovokasi terjadinya konflik di Tarakan," kata H Bandu usai mendapatkan kunjungan dari salah seorang aparat kepolisian.

Menanggapi hal tersebut, kata Bandu, pihaknya sangat prihatin, karena konflik tersebut hanya dipicu oleh segelintir orang yang tidak bertanggungjawab, tapi banyak mengorbankan orang lain yang tidak tahu apa-apa.
(U004/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010