Mekah (ANTARA News) - Lalu lintas di kota suci Mekah khususnya kawasan di seputar Masjidil Haram, mulai diatur, Kamis, dengan semakin padatnya kendaraan yang lalu-lalang membawa calon jemaah haji (calhaj) dari seluruh dunia.

Kepala Urusan Lalu lintas Mekah Kolonel Ahmad Nash Utaibi di Mekah, Kamis, mengemukakan bahwa pengaturan arus lalu lintas di Mekah dan sekitarnya akan dilakukan dalam empat tahap.

Pengaturan itu sejalan dengan tingkat kepadatan arus lalu lintas dan pergerakan manusia menjelang acara puncak prosesi haji, Idhul Adha 1430 H, pada 27 November nanti.

Menurut dia, petugas lalu lintas Mekah akan dikerahkan untuk mengawasi pergerakan lalu lintas di titik-titik tertentu (check points) di sepanjang jalur kota Mekah menuju Masjidil Haram.

Diperkirakan lebih 2,5 juta umat Islam sedunia akan tumplek di seputar kawasan ini untuk melakukan Tawaf (Mengitari Ka`bah tujuh kali), Sa`i (lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah) sebelum mengikuti safari Wukuf di Armina mulai 26 sampai 30 November.

Wukuf di Padang Arafah diartikan sebagai perenungan diri dimulai 26 November (9 Zulhijah) kemudian dilanjutkan dengan mabit (persiapan jumrah) di Muzdalifah dan melempar jumrah pada 10 Julhijah (27 November) dan pada tiga hari setelah itu (hari Tasyrik).

Jumrah merupakan acara memperingati saat Nabi Ibrahim AS digoda setan untuk tidak mematuhi perintah Allah menyembelih puteranya, Ismail.

Jalan seputar areal Masjidil Haram juga akan ditutup secara bertahap (empat tahap) mulai 24 November, mengikuti pola konsentrasi penumpukan lokasi jemaah.

Pada tahap pertama, (24 November atau 4 Zulhijah)) ruas jalan di seputar Masjidil Haram ditutup selama setengah jam, setelah itu sampai 25/11 (8 Zulhijah) ditutup selama satu jam, pada 26/11 (9 Zulhijah) ditutup setengah jam dan kemudian 27 sampai 7 November, (10 sampai 20 Zulhijah) ditutup lagi selama satu jam.

Seluruh angkutan yang berkapasitas di bawah 25 penumpang, pada periode tersebut juga dilarang memasuki jalan di seputar kawasan Masjidil Haram.

Pengaturan arus lalu-lintas di seputar Masjidil Haram dikhawatirkan akan mengacaukan angkutan bus jemaah Indonesia yang sebagian besar tinggal di pemondokan di areal Ring 2 (berjarak maksimal tujuh Km dari Masjidil Haram), apalagi jika pengemudi "shuttle bus" yang disediakan mangkir dari tugas.

Pengemudi bus-bus tersebut yang sebagian besar berkebangsaan Syria dan Mesir sering memanfaatkan kelemahan pengawasan dengan tidak disiplin menjalani rute dan jadwal tugas yang telah diatur sebelumnya.

Tim Komisi VIII DPR yang sedang memantau pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi juga telah mengimbau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) agar berupaya meningkatkan layanan khususnya transportasi calhaj dari pemondokan ke Masjidil Haram.

Layanan khusus transportasi itu perlu ditingkatkan walaupun penyediaan bus-bus "shuttle" ditangani oleh Muasassah (penyelenggara layanan ibadah haji Arab Saudi). (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009