Johannesburg (ANTARA News) - Tekad Afrika Selatan untuk menghindari petaka menjadi tuan rumah pertama yang langsung tersingkir di babak penyisihan, akan mendapat ujian dari Uruguay.

Kedua tim tersebut akan saling berhadapan pada pertandingan kedua Grup A di Stadion Loftus Versfeld Pretoria, Rabu (16/6).

Uruguay jauh-jauh hari sudah menegaskan bahwa mereka tidak akan terpengaruh oleh hingar bingar suara terompet vuvuzela yang akan menjadi senjata tuan rumah untuk merusak konsentrasi lawan.

Persaingan di Grup A masih sangat terbuka karena keempat tim masing-masing meraih angka satu dari hasil imbang pada pertandingan sebelumnya.

Afrika Selatan yang tampil pada partai pembuka, tampil cukup mengesankan meski akhirnya harus puas bermain imbang 1-1 dengan Meksiko di Soccer City, Johannesburg, Jumat (11/6).

Sementara Perancis, juara 1998 dan runner-up 2006 belum memperlihatkan kualitas mereka karena hanya bermain imbang tanpa gol dengan Uruguay pada hari yang sama.

Bisa dipastikan bahwa pertandingan kedua bagi seluruh peserta Grup A, akan menjadi sangat menentukan untuk menentukan langkah ke babak 16 besar.

Dari tujuh kali pertemuan kedua tim selama ini, Uruguay masih unggul dengan skor 4-3 dan pelatih Oscar Tabarez pun sangat sadar bahwa tuan rumah akan tampil mati-matian untuk mendapatkan angka tiga.

"Semua tim sekarang memiliki peluang yang sama, sehingga hasil pertandingan berikutnya akan sangat penting," kata Tabarez seperti yang dikutip AFP.

Diego Forlan, penyerang andalan Uruguay yang juga membela klub Atletico Madrid, akan mendapat pengawalan ketat dari Bongani Khumalo.

"Diego adalah pemain kelas dunia, tapi dalam turnamen ini semua harus menghadapi sesama pemain terbaik. Kami tidak gentar menghadapi Diego atau Uruguay," tegas Khumalo.

Sementara pemain tengah Siphiwe Tshabalala, pencetak gol Afrika Selatan saat menahan imbang Meksiko 1-1, mengatakan bahwa Uruguay akan kewalahan jika mereka bisa menjaga momentum.

"Kemenangan atas Uruguay akan memperlebar peluang kami untuk lolos ke babak kedua dan akan membuat negara kami semakin bangga," katanya.

Dalam pertandingan nanti, Khumalo dan Bafana Bafana harus membuktikan keampuhan mereka untuk menahan gempuran Forlan dengan cara menutup pergerakan serangan tim asal Amerika Selatan itu.

Sementara di luar pertandingan, setiap gol bagi Afrika Selatan bisa jadi membuat suara berisik akan semakin menggila, atau juga menjadi bungkam saat gawang tuan rumah kebobolan.

Pelatih Afrika Selatan Aaron Mokoena mengakui bahwa vuvuzela ibarat pemain ke-12 bagi timnya dan mereka memang membutuhkannya sebagai senjata rahasia.

"Kami tidak keberatan (dengan vuvuzela), tapi justru bisa menjadi senjata kami," Mokoena. (A032/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010