Vanderbijlpark, Afrika Selatan (ANTARA News) - Pantai Gading harus meniru permainan bertahan tim Korea Utara yang ulet melawan juara lima kali Brazil, saat bertarung melawan tim Samba di Grup G Piala Dunia, Minggu yang akan datang, kata penyerang Salomon Kalou.

Korea Utara berhasil menahan Brazil selama lebih dari satu jam pada laga pembuka Selasa lalu sebelum akhirnya kalah 2-1, sebagaimana dikutip dari AFP.

Bintang Chelsea, Kalou mengatakan keberhasilan pasukan Chollima tersebut bisa dicontoh oleh timnya yang sebelumnya ditahan imbang 0-0 oleh semifinalis 2006 Portugal.

"Saya menyaksikan paruh pertama pertandingan mereka, dan Korea Utara bertahan dengan sangat baik sehingga menggoyahkan Brazil. Mereka bisa jadi contoh yang bagus," kata pemain berusia 24 tahun itu.

"Kami punya pemain yang bisa membuat perbedaan. Kekuatan kami adalah menyerang, namun kami harus fokus pada pertahanan. Ketika anda bermain melawan tim yang lebih kuat, seseorang harus menghentikan mereka, kemudian bermain dengan kekuatan tim. Bagi kami itu teknik, dan kami akan melakukan serangan balas."

Kalou yang gagal mencetak gol sebanyak saat membela Chelsea meski meraih hat-trick saat menggunduli Stoke 7-0 menjelang akhir musim, mengatakan, ia mengharapkan permainan yang sedikit berbeda dari Brazil dibandingkan Portugal.

"Level Brazil sama dengan Portugal, dengan begitu banyak pemain yang secara individual juga mampu. Itu yang membuat perbedaan," kata Kalou yang gagal memperoleh kewarganegaraan Belanda saat membela Feyenoord.

"Kami harus bermain sama kompaknya seperti saat melawan Portugal. Kami tidak akan membiarkan Brazil menunjukkan permainan asli mereka. Kami harus terus bertahan tanpa menyingkirkan pikiran untuk menyerang serta realistis saat di depan. Dasarnya sudah bagus dan kami harus mempertahankan sikap positif ini."

Kalou yang mempunyai lima saudara laki-laki termasuk pesepakbola profesional Bonaventure dan delapan saudara perempuan mengatakan Pantai Gading belajar dari pengalaman pada 2006 di Jerman.

Saat itu tim Gajah tersingkir dari babak pertama setelah kalah tipis dari Belanda dan Argentina, meski menang melawan Serbia dan Montenegro.

"Kami sudah pelajari apa yang terjadi pada 2006 dan kami telah membuat kemajuan," kata Kalou yang saat itu memilih tidak mengikuti final Piala Dunia karena masih berharap mendapatkan kewarganegaraan Belanda.

"Skuad ini sudah matang, kami ke sini bukan untuk memberikan permainan yang biasa saja, tetapi untuk menghentikan laju Portugal. Ini berbeda dengan tahun 2006 dimana kami hanya ingin bermain natural tanpa mempertimbangkan siapa lawan kami, dan kami kalah 2-1 melawan Belanda maupun Argentina.

"Kami harus memiliki panduan jalan untuk setiap laga. Tapi kami sadar masih banyak yang harus dilakukan. Bagian tersulit baru akan tiba, untuk merebut tiga poin dari Brazil."
(S022/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010