Knysna, Afrika Selatan (ANTARA News) - Kubu Piala Dunia Prancis kacau Minggu, setelah terjadi perseteruan antara kapten Patrice Evra dan pelatih fisik dan terjadi boikot pada sesi latihan serta mundurnya salah satu ofisial senior.

Semua itu terjadi sehari setelah striker Nicolas Anelka dipulangkan karena bertengkar dengan pelatih Raymond Domenech pada babak kedua ketika mereka kalah 0-2 atas Meksiko, Kamis, di Polokwane, yang membuat Prancis berada di ujung tanduk pada babak penyisihan grup.

Insiden itu menyebabkan para pemain lain melancarkan protes kepada Federasi Sepak Bola Prancis (FFF), yang memutuskan untuk memulangkan Anelka --yang berbicara keras dan dimuat di media. Pemulangannya itu menyebabkan para pemain gelisah,, gugup dan takut.

Hal itu menyebabkan Presiden Nicolas Sarkozy bereaksi dan meminta Menteri Olah Raga memperpanjang waktunya di Afrika Selatan dan mengadakan pertemuan dengan kapten dan pelatih, Senin.

Prancis selama ini dianggap sebagai salah satu negara paling kuat dalam cabang sepak bola, memenangi Piala Dunia ketika sebagai tuan rumah pada 1998 dan runner-up di bawah Italia pada 2006, ketika event itu terakhir diadakan di Jerman.

Penampilan mereka belakangan ini amat memprihatinkan, bahkan mereka lolos ke babak final setelah terjadi gol kontroversial saat bermain playoff dengan Irlandia, karena striker Thierry Henry sebenarnya menyentuh bola dengan tangannya.

Pada sesi bersama publik, secara ironis di lapangan yang disebut sebagai "Lapangan Impian", terjadi percekcokan antara Evra dan pelatih fisik Robert Duverne, yang berujung pada mundurnya direktur tim itu.

Domenech harus memisahkan mereka. Duverne, yang mengatakan latihan fisik harus segera dimulai, berang dan melemparkan "stopwatch" ke tanah dan meninggalkan tempat itu.

"Mereka tidak mau latihan, ini merupakan skandal," kata direktur tim dan direktur manajer FFF Jean-Louis Valentin, yang juga meninggalkan lapangan.

"Ini merupakan skandal bagi Prancis, bagi generasi muda yang datang ke sini menyaksikan mereka latihan. Saya mundur, saya mundur dari federasi. Tidak ada lagi yang akan saya lakukan di sini. Saya akan pulang ke Prancis," katanya.

Nyaris menangis
Insiden latihan itu terjadi sehari setelah Evra mengatakan kepada wartawan ada "penghianat" dalam tim yang membocorkan apa yang dikatakan Anelka kepada media.

Harian olah raga Prancis L`Equipe menulis masalah itu di halaman depan dan beberapa jam kemudian Anelka dikeluarkan dari tim.

Ketika ditanya wartawan Senin apakah yang ia maksud dengan "penghianat" itu, Valentin menjawab, "no, no, no" dan kelihatan nyaris menangis.

Pada pemain kemudian berjalan ke arah bus mereka, membawa slogan mereka yang berbunyi, "Semua bersama-sama menuju impian Biru baru."

Evra menyerahkan sepotong kertas kepada juru bicara. Itu merupakan pernyataan dari para pemain agar Domenech, yang kelihatan letih dan berkecil hati, membacakannya kepada wartawan.

"Kami menyesalkan insiden yang terjadi pada babak kedua melawan Meksiko tetapi kami lebih menyesalkan kejadian itu terjadi pada grup kita, padahal ini merupakan inti kehidupan kompetisi. Para pemain dengan suara bulat menentang keputusan Federasi Sepak Bola Prancis yang mengeluarkan Nicolas Anelka," demikian pernyataan itu.

Pernyataan pemain
Domenech sebelumnya mengatakan ia mengerti dengan sikap Anelka bukan dengan sikpanya yang menolak untuk meminta maaf.

Pernyataan pemain itu menyebutkan bahwa Anelka menolak untuk memberikan keterangan sendiri.

Para pemain berjalan ke arah bus mereka diringi sambutan sekitar 200 pendukung mereka. Para pemain menuju kawasan Pezula, tempat tim Prancis menginap dengan fasilitas lapangan berlatih yang tertutup.

Prancis masih merencanakan bertanding pada laga akhir Grup A mereka Afrika Selatan, Selasa, di Bloemfontein, kata para pemain.

"Mereka akan melakukan segalanya secara perorangan dan membangun semangat tim di lapangan Selasa," demikian bunyi pernyataan itu.

FFF pun mengeluarkan pernyataan mereka, mencela "sikap mereka yang tidak dapat diterima" dan harus minta maaf kepada pendukung mereka.

Menteri Olah Raga Roselyne Bachelot mengatakan, Presiden Sarkozy memintanya untuk memperpanjang tinggal di Afrika Selatan dan ia akan bertemu dengan Evra, Domenech dan ketua Federasi Sepak Bola Prancis Jean-Pierre Escalettes, Senin.

"Ia (Sarkozy) seperti halnya saya, memiliki catatan khusus tentang kejengkelan rakyat Prancis ... meminta agar aga rasa hormat dan pertanggungjawaban," kata Menpora perempuan itu dalam wawancara dengan Televisi TFI.

Ketika ditanya apakah akan ada hukuman atas kegagalan itu, ia mengatakan, "Belum waktunya mengambil tindakan disiplin tapi hal itu akan dilakukan dalam waktu amat dekat." (A008/C003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010