Johannesburg (ANTARA News) - Seandainya tidak ada "tangan Tuhan" penyerang Luiz Suarez, barangkali Uruguay tidak akan lolos ke babak semifinal Piala Dunia 2010 setelah mengalahkan Ghana melalui adu penalti di Stadion Soccer City, Johannesburg, Sabtu WIB.

Suarez pun memilih menjadi "martir" karena nekat menghadang bola dengan kedua tangannya di mulut gawang, meski ia harus membayar mahal dengan mendapat kartu merah dan hukuman penalti.

Aksi Suarez merupakan titik balik dari sukses Uruguay karena Asamoah Gyan ternyata gagal mengeksekusi penalti pada detik-detik terakhir babak perpanjangan waktu.

Pengorbanan Suarez pun tidak sia-sia karena Uruguay akhirnya menang adu penalti dengan skor 4-2. Uruguay pun berpesta dengan melaju ke babak empat besar, sementara para pemain Ghana, termasuk Gyan hanya bisa meratapi nasib.

Meski diusir wasit Olegario Benquerenca asal Portugal dan dipastikan absen pada pertandingan semifinal menghadapi Belanda di Cape Town, 6 Juli , Suarez tetap gembira dan bahkan menyatakan tindakannya tersebut sebagai "tangan Tuhan" versi Piala Dunia 2010.

"Pertandingan tersebut adalah akhir dari Piala Dunia, jadi saya tidak punya pilihan. Sekarang saya juga punya "tangan Tuhan", katanya.

Tapi gol "tangan Tuhan" milik Suarez adalah versi baru karena istilah tersebut diberikan kepada gol Diego Maradona di Piala Dunia 1986 di Meksiko.

Ketika itu Maradona mencetak gol dengan bantuan tangan dan tidak terlihat oleh wasit saat mengalahkan Inggris.

"Saya memang sengaja melakukan itu dengan harapan teman-reman bisa menang melalui adu penalti. Ketika saya melihat Gyan gagal mengeksekusi penalti, saya sangat gembira," katanya.

Oscar Tabarez, pelatih Uruguay membela pemainnya tersebut dengan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Suarez semata-semata sebagai gerakan refleks dan spontan.

"Itu adalah gerakan insting, ia secara reflek mengangkat tangannya untuk menahan bola sehingga mendapat kartu merah. Ia akan absen pada pertandingan berikutnya," kata Tabarez.

Tapi tentunya Tabarez juga sangat bersyukur karena kalau Suarez tidak melakukan tindakan itu, Uruguay tidak akan lolos ke babak semifinal untuk pertama kalinya sejak 1970.

"Ia telah membayar tindakannya itu sebagai konsekuensinya. Ia tidak tahu kalau Ghana akan gagal mengeksekusi penalti. Saya kira tidak adil juga untuk menuduh kami bermain curang untuk meraih kemenangan," kata Tabarez membela diri.

Diego Forlan, penyerang andalan Uruguay yang mencetak gol balasan dan terpilih sebagai pemain terbaik pada pertandingan itu, mengatakan bahwa ia sangat menyayangkan karena Suarez harus absen pada pertandingan semifinal.

"Ia telah melakukan tindakan penyelamatan. Kami akan berusaha sebaik-baiknya nanti," kata Forlan seperti dikutip AFP.

Tabarez mengakui bahwa mereka akan menghadapi tugas lebih berat di semifinal karena Belanda, telah memperlihatkan kualitas mereka dengan menyingkirkan Brazil, salah satu tim yang dari awal telah dijadikan unggulan.

"Sekarang kami berada diantara empat tim terbaik di Piala Dunia. Ini jelas sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan sebelum tiba di Afrika Selatan," katanya.

"Para pemain tampil kompak. Saya tidak tahu sampai sejauh mana kami akan melangkah di turnamen ini. Belanda adalah tim dengan pemain kelas dunia. Jika ada secercah harapan, kami harus manfaatkan. Yang jelas kami tidak lempar handuk sebelum pertandingan usai," katanya.

Fernando Muslera, yang juga jadi bintang atas sukses Uruguay dengan menggagalkan penalti kapten John Mensah dan Dominic Adiyiah, mengaku bahwa ia bisa tetap tenang saat menghadapi situasi kritis.

"Inilah saat paling tenang bagi saya. Saya beruntung karena mempunyai insting yang tepat," kata Muslera, kiper klub Italia, Lazio itu.

"Saya tidak merasakan apa-apa ketika Gyan melakukan tendangan penalti pada saat perpanjangan waktu. Pikiran saya kosong. Sungguh, tidak ada yang saya pikirkan. Beruntung dia (Gyan) gagal melakukan tendangan penalti," katanya.

(A032/A011/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010