Jakarta (ANTARA News) - Mengenakan pakaian khasnya, celana panjang warna gelap dan baju batik warna cerah, MF Siregar masih dengan sangat jelas memaparkan perjalanan olahraga Indonesia dalam satu diskusi dengan sejumlah wartawan senior, seminggu sebelum teknokrat olahraga nasional ini masuk rumah sakit akibat serangan stroke.

Waktu itu, usai wawancara, sejumlah rekan memuji MF Siregar yang memiliki memori sangat baik. Dia masih dapat bercerita dengan runut dan rinci tentang apa perannya di bidang olahraga sejak zaman Presiden Soekarno, Soeharto, hingga zaman paska-reformasi saat ini.

Rekan-rekan yang hadir saat itu tidak menyangka kalau seminggu kemudian, pada 30 Agustus 2010, Opung masuk rumah sakit Abdi Waluyo, Jakarta, karena stroke. Minggu sore, 3 Oktober, pesan singkat masuk ke telepon seluler yang mengabarkan Opung (sapaan akrab MF Siregar) telah kembali ke Sang Khalik.

Lahir di Jakarta, 11 November 1928, Mangombar Ferdinand Siregar, pantas dijuluki teknokrat olahraga karena sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk pengembangan olahraga Indonesia.

Berdiskusi tentang olahraga dengannya ibarat memutar kembali rekaman perjalanan olahraga Indonesia pada era Asian Games IV di Jakarta 1962 hingga masa kini. Sebaliknya Opung bida menjadi semacam "master plan" ketika berbicara soal bagaimana seharusnya olahraga Indonesia dibangun.

Opung mengaku menggumuli olahraga (sepak bola) sejak masih duduk di bangku SMP, kemudian berlanjut ke SMA, dan akhirnya masuk Akademi Pendidikan Djasmani di Bandung tahun 1950.

Setamat kuliah, dia menjadi guru olahraga di Sekolah Guru Pendidikan Djasmani di Bandung. Di waktu itulah Siregar mulai menekuni olahraga renang dan lari.

Pada 1962 menjelang Asian Games di Jakarta, Siregar dipercaya menjadi pelatih kepala cabang renang, loncat indah, dan polo air. Ia bahkan ditunjuk menjadi komandan upacara pengukuhan Pelatnas Kontingen Indonesia ke Asian Games IV.

Usai Asian Games IV Siregar mendapat kesempatan belajar di Springfield College, Massachusetts, AS, sampai menggondol Master of Physical Education pada 1964.

Setamat dari Massachusetts, kiprah Siregar dalam olahraga Indonesia dan internasional semakin besar. Dia pernah menjadi Wakil Sekjen KONI Pusat (1967-1971), dan kemudian Sekjen KONI Pusat (1971-1986).

Siregar juga pernah menjabat Direktur Pembibitan dan Pembinaan/Direktorat Jenderal Olahraga (1967) Departemen Pendidikan, lalu dipilih menjadi Direktur Keolahragaan/Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1975).

Di Kementerian Pemuda dan Olahraga, Siregar pernah menjadi Pembantu Menteri Olahraga III Bidang Prestasi (1966), sedangkan semasa Orde Baru Siregar menjabat Asisten Menteri Bidang Olahraga (1983-1988).

Di induk organisasi olahraga Siregar pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI/1983-1987), turut mendirikan Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (1960).

Dia juga mendirikan Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (1963), Ketua Litbang Pelti DKI (1994-1998), Ketua Bidang Pembinaan PBSI sekaligus Kepala Proyek Olimpiade Barcelona 1992.

Siregar juga pernah menjadi anggota DPR Gotong Royong dan anggota MPR, bahkan pada 1950-an dia pernah direkrut menjadi anggota Corps Polisi Militer (CPM) Divisi Siliwangi CPM Batalion III.

Kiprahnya yang luas di bidang olahraga membuat Siregar berkali-kali menerima penghargaan dari pemerintah dan sejumlah pihak di luar negeri. Satu di antara yang paling dia banggakan adalah penghargaan L`Ordre Olympique yang ditandatangani Presiden IOC Juan Antonio Samaranch pada 1986.

Pada saat terakhir bertemu Menpora Andi Malarangeng sebelum terkena stroke, Siregar pernah menyampaikan gagasannya tentang bagaimana menciptakan prestasi olahraga Indonesia ke depan. Menurutnya pembangunan olahraga harus dimulai dari anak usia 0 atau sejak dalam kandungan ibunya.

Oleh karena itu, Siregar menganjurkan perbaikin gizi bagi ibu yang sedang mengandung. Kemudian pendidikan jasmani bagi anak-anak sejak lahir hingga sekolah TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Itu sebabnya, pandangnya, pengembangan olahraga bukan hanya tanggung jawab Menpora dan KONI, tetapi juga Departemen Kesehatan dan Pendidikan.

Siregar juga memandang pendidikan jasmani bukan hanya untuk kepentingan prestasi, tetapi guna membentuk manusia Indonesia yang sehat dan sportif. Hal ini juga terkait dengan pertahanan nasional. Untuk itulah Siregar melihat Departemen Pertahanan dan Dalam Negeri juga perlu terlibat di dalamnya.

Bila semua Departemen Dilibatkan dalam pembangunan olahraga di Indonesia, Siregar meyakini Indonesia akan dapat menciptakan banyak manusia unggul dan ini dianggapnya sangat penting dalam menjawab tantangan global.

Sayangnya usia tidak berpihak pada Siregar ketika apa yang dia inginkan itu belum semua terwujud. Tuhan telah memanggilnya Minggu sore sekitar pukul 14.30 WIB.

Siregar meninggalkan 5 orang anak dan 9 cucu. Istri MF Siregar, Darliah Nasution, lebih dulu meninggal dunia di Adelaide, Australia, sepuluh tahun silam.

Jenazah MF Siregar disemayamkan di rumah duka Jalan Kemanggisan Raya Nomor 15 Kompleks P & K, Jakarta Barat. Selasa luas, jenazah MF Siregar akan dimakamkan di TPU Jati Petamburan. (*)

ANT/I015/AR09

Oleh Agus Baharudin
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010