Dalam sebuah makalah penelitian BIS yang diterbitkan bulan ini, dua ekonomnya menantang pendapat bahwa mata uang China hanya dikelola terhadap mitra di AS sejak2005.
Mereka menemukan tanda-tanda bahwa renminbi diizinkan untuk menguat secara bertahap dalam sebuah batas sempit terhadap sekeranjang perdagangan mata uang menguntungkan yang tak ditentukan dalam jangka waktu dua tahun sampai dengan pertengahan 2008.
"Jika karakterisasi ini diterima, maka berarti bahwap otoritas China sudah memiliki pengalaman dalam mengoperasikan sistem nilai tukar memindahkan jauh dari sebuah pematokan terhadap dolar dan siap untuk kembali mengumumkan kembali ke managed float dalam referensi terhadap sekeranjang mata uang pada pertengahan 2010," kata mereka.
Eropa dan Amerika Serikat telah berulang kali menuduh Beijing sengaja menjaga yuan secara artifisial rendah untuk meningkatkan ekspor, menyebabkan ketidakseimbangan besar perdagangan yang secara luas dianggap sebagai faktor kunci di belakang krisis keuangan global.
Bank sentral China telah menegaskan kembali komitmen untuk meningkatkan fleksibilitas tingkat nilai tukar yuan sejak Juni.
Tapi negara-negara Barat meragukan janji mereka dan menekan untuk pergeseran yang akan memungkinkan renminbi (yuan) untuk meningkatkan pertumbuhannya untuk persiapan pertemuan puncak kelompok G20 dari ekonomi maju dan berkembang pada 11-12 November di Korea Selatan.
China telah secara efektif mematok yuan sekitar 6,8 terhadap dolar untuk selama dua tahun untuk menopang eksportir.
Para ekonom BIS, Guonan Ma dan Robert McCauley, mengakui bahwa pematokan terhadap dolar adalah "karakterisasi yang wajar" sampai pertengahan 2006 dan antara pertengahan 2008 dan pertengahan tahun ini.
Mereka berpendapat bahwa China hati-hati dalam "percobaan" untuk memungkinkan renminbi secara bertahap naik nilainya terhadap sekeranjang mata uang yang lebih luas dalam periode intervensi yang hanya disela oleh krisis keuangan dua tahun lalu.
"Para analis luar telah menolak karakterisasi pemerintah China dari kebijakan ini. Analisis kami lebih simpatik ke sana," kata peneliti.
Perdana Menteri China Wen Jiabao pada Senin mendesak untuk stabilitas tingkat nilai tukar mata uang utama, selama KTT Uni Eropa-Asia yang didominasi oleh masalah nilai tukar yuan. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010