Menyambung Nusantara

Industri game di Indonesia, bagaikan jamur di musim penghujan, merupakan target yang banyak konsumen dan peminatnya. Setiap sektor dari pengembangan game bahkan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar.

Untuk Asia Tenggara, Indonesia adalah pasar paling menjanjikan dari segi peminat game, lalu bagaimana dengan infrastruktur penunjang untuk memaksimalkan potensi tersebut? Koordinator Business Matchmaking, Direktorat Ekonomi Digital Kominfo, Luat Sihombing menjelaskan Indonesia mampu untuk bersaing dengan negara maju di Asia untuk mengembangkan sektor game.

Saat ini menurutnya ada beberapa langkah dari Kominfo untuk membangkitkan potensi tersebut sehingga setiap jengkal Nusantara mampu tersambung dalam memainkan peran industri game. Untuk masalah keterjangkaun di seluruh Indonesia tersebut, yang pertama saat ini pemerintah telah membangun tulang punggung infratsrukturnya dengan membangun Palapa Ring. Nantinya, Palapa Ring akan menjadi tulang punggun dari sektor industri game untuk konektivitas di antara pulau di Indonesia.

Sehingga setiap daerah akan memiliki kesempatan yang sama dalam memainkan atau bahkan mengembangkan aplikasi game. Akan menjadi hal menarik bagi investor jika melihat luasnya jangkaun di Indonesia.

Kedua, dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam dasar pemahaman industri game sendiri tengah digodok secara matang mulai dari awal. Bagaimana bisa orang akan mengembangkan bahasa program aplikasi game jika bermain internet saja belum lancar? untuk masalah dasar tersebut, Kominfo telah membangun literasi berinternet dimulai dari penggunaan media sosial sebagai platform dasar hingga menuju ke hal teknis terkait internet.

Ketiga, Luat menjelaskan bahwa sudah menyiapkan “talent hunter” atau pemburu bakat yang mampu menjadi pengembang game masa depan. “Kami persiapkan inkubasinya mulai dari pendidikan teknisnya dengan menyiapkan beasiswa, ke luar negeri bahkan untuk belajar dan diharapkan kembali ke Indonesia sudah siap menerapkannya. Selain itu, ada program lain yang bekerja sama dengan pihak-pihak swasta untuk menciptakan iklim kompetisi pengembang game,” jelasnya.
 

Cerita dari Selatan - Pundi pundi uang industri game Indonesia (bagian 3 dari 3)


Baca juga: Rencana Tencent gabungkan Huya dan DouYu terganjal regulasi

Baca juga: Baim Wong bagikan tips main game MPL

Pada pandangan ekonomi bisnis menurut Luat, Indonesia dikenal besar masih sebagai konsumen game, belum pada tingkat pengembang, bahkan masih dalam tingkatan menengah untuk pengembangan sektor game, tapi potensi sudah terlihat nyata di depan mata.

Berbicara masalah pendapatan negara dari sektor game saja sudah mencapai 80 miliar dolar, dan pertumbuhannya bahkan mencapai 15 persen setiap tahunnya. “Angka tersebut adalah nominal yang terukur baru dari kota besar, bayangkan jika seluruh Indonesia mampu dijajaki, sungguh hal yang menarik tentunya,” tuturnya.

Hal yang masih patut dicermati adalah masih adanya jenjang dan batasan yang jauh dari tingkat kemampuan dasar hingga profesional di Indonesia. Perbandingan SDM yang ahli dengan ketersediaan lapangan kerja masih belum berimbang.

“Banyak sekali Indonesia memiliki para desainer game yang terbaik, namun belum banyak yang bisa menampung, akhirnya mereka semua, memilih bekerja di luar negeri dalam mengembangkan kemampuannya,” ujar Luat.

Hampir setiap wilayah menurutnya ada potensi bakat sebagai pengembang aplikasi game, namun secara bisnis, belum setiap provinsi mampu mewadahi. Untuk itu, pemerintah sedang menyusun standard untuk usaha pengembang game, agar dapat diterima pengembang dan investor untuk turut membangun Nusantara melalui industri virtual tersebut.

Baca juga: Kominfo kaji konten video dalam Fortnite yang memuat ikon mirip Kabah

Baca juga: Kominfo pertimbangkan permintaan blokir PUBG

Baca juga: Kominfo, LIPI dan AGI luncurkan buku tentang industri game


Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021