Jerusalem (ANTARA News) - Komisi Israel yang menyelidiki serangan mematikan terhadap kapal bantuan kemanusiaan pada 31 Mei lalu di perbatasan Gaza, mengundang warga Turki yang menjadi penumpang kapal untuk memberikan kesaksiannya, kata seorang juru bicara.

"Kami telah mengirimkan surat melalui Duta Besar Turki yang berisikan undangan kepada seluruh penumpang atau awak kapal Turki untuk datang dan memberikan bukti di Israel," kata juru bicara Komisi Tirkel kepada AFP.

Ia mengatakan kapten kapal Mavi Marmara, yang membawa sembilan aktivis Turki yang tewas saat pasukan Israel menembak kapal tersebut di perairan internasional, belum memberikan jawaban terhadap panggilan bersaksi yang dikirim pada 12 September lalu.

Serangan maut itu bertempat di feri, yang merupakan bagian dari enam armada kapal bantuan kemanusian yang mencoba menembus blokade Israel di Jalur Gaza.

Pada saat operasi itu berlangsung, terdapat lebih dari 600 orang yang berada di dalam feri.

Israel mengatakan komando pasukan mereka memilih untuk menyerang setelah mereka diserang dan ketika mereka bersiaga di dek feri, tapi aktivis pro Palestina di kapal mengatakan bahwa tentara Israel membuka tembakan segera setelah mereka mendarat.

Penyelidikan komisi Israel yang beranggotakan empat orang itu hanya terbatas untuk melihat legalitas serangan terhadap kapal bantuan itu dan merupakan tindakan dari Israel dalam menerapkan blokade lautnya di wilayah yang diperintah Hamas Palestina itu.

Penemuan komisi itu, yang pekerjaannya diawasi oleh dua pengamat asing, akan dilaporkan kepada PBB.

Komisi tidak memiliki wewenang untuk menghadirkan pasukan yang terlibat dalam operasi, tapi Lefler mengatakan pada Kamis bahwa Komandan Angkatan Bersenjata Gabi Ashkenazi telah diminta untuk bersaksi kedua kalinya sebelum forum pada 24 Oktober.

Ashkenazi pernah muncul di hadapan Komisi pada pertengahan Agustus, ketika ia membela pasukannya yang menggunakan tembakan mematikan yang menyerbu kapal.

Hubungan Turki dengan Israel, yang sebelumnya merupakan sekutu regional telah memburuk di tengah kritik hebat yang dilancarkan Ankara atas kebijakaan "tangan besi" negara Yahudi tersebut terhadap warga Palestina.

Hubungan tersebut kemudian semakin parah setelah serangan Mavi Marmara.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010