Negara (ANTARA News) - Hujan lebat, Sabtu, mengakibatkan banjir bandang di Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan dan menyebabkan jalur utama Denpasar-Gilimanuk yang melintasi desa itu tidak bisa dilewati.

Akibatnya, terjadi kemacetan total sampai beberapa kilometer baik dari arah barat maupun timur yang berlangsung dari pukul 16.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita.

Informasi yang diterima menyebutkan, ketinggian air di jalan raya tersebut mencapai ketinggian pinggang orang dewasa. Selain kemacetan, banjir ini juga membuat puluhan warga panik dan mengungsi.

Camat Pekutatan, Gusti Ngurah Putra Riyadi saat dikonfirmasi membenarkan Desa Gumbrih terendam banjir cukup besar. Menurutnya, sebanyak 22 KK menjadi korban banjir dan mengungsi.

"Warga yang rumahnya terkena banjir mengungsi ke jalan raya yang posisinya lebih tinggi," katanya.

Sementara untuk mengatasi kemacetan, Putra Riyadi mengaku, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Kapolsek Pekutatan. Ia minta kepada personil kepolisian untuk mengarahkan kendaraan agar tidak terjebak banjir.

"Tapi banjir yang melintasi jalan raya ini juga cepat surut karena air mengalir ke sungai di selatan jalan," ujarnya.

Menurutnya, daerah Gumbrih memang menjadi langganan banjir setiap kali hujan lebat turun. Karena itu, petugas baik dari kecamatan maupun polsek langsung meluncur ke lokasi jika dirasa hujan lebat turun terlalu lama.

"Di lokasi ada dam sungai, setiap kali hujan lebat kita pantau ketinggian air di dam itu. Jika air terus bertambah, pengamanan terhadap warga langsung dilakukan," jelasnya.

Karena sudah sering terjadi banjir, warga sekitar sudah paham mereka harus mengungsi kemana saat air datang.

Selain Desa Gumbrih, banjir juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Jembrana seperti Desa Dangin Tukadaya dan Warnasari. Sedangkan di Desa Brambang, Kecamatan Negara tidak terjadi banjir, tapi tanah longsor menyebabkan satu rumah warga tertimbun.

Kepala Desa Berambang, Made Arimbawa mengatakan, rumah milik Ketut Sutarma di Dusun Munduk Kendung terkubur tanah longsor. Beruntung, saat kejadian Sutarma maupun anggota keluarga lainnya sedang berada di luar rumah sehingga terhindar dair bencana tersebut.

"Tapi rumahnya hancur, tanah longsor menimpa seluruh bangunan beserta isi di dalamnya," kata Arimbawa.

Selain rumah, longsor ini juga menutup salah satu ruas jalan utama desa tersebut sepanjang 30 meter. Menurut Arimbawa, karena longsoran tanah cukup banyak, pihaknya butuh bantuan alat berat untuk membersihkan jalan tersebut. (*)
(ANT/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010