Luksemburg (ANTARA News) - Serbia sedang memantapkan langkah krusial untuk bergabung dengan Uni Eropa pada Senin meskipun terganjal pada menit terakhir di Uni Eropa terkait kegagalannya dalam mengadili para penjahat perang.

Permintaan Serbia untuk masuk ke Uni Eropa menjadi agenda utama dalam agenda pembicaraan para menteri luar negeri blok beranggotakan 27 negara di Luxembourg, Senin, sementara sumber-sumber diplomatik yakin bahwa kesepakatan untuk menyambut negara itu, yang mengajukan permohonannya pada Desember 2010, demikian laporan kantor berita .

"Kita harus menghargai Presiden Boris Tadic yang telah membuat pilihan yang berani dan yang mengelola sebuah bangsa dengan beragam permasalahan," kata seorang diplomat tingkat tinggi.

Sementara itu, di negara-negara Uni Eropa memperdebatkan tentang sebuah rancangan perjanjian yang beredar di koridor diplomatik terkait rencana bergabungnya Serbia ke Uni Eropa itu.

"Uni Eropa harus memberikan dukungan yang besar terhadapnya", kata diplomat yang tidak mau disebut namanya itu, dan menambahkan bahwa perdebatan di antara negara-negara EU mengenai penyatuan Serbia telah "berjalan alot dan berada dalam masa yang sulit untuk dipahami"

Ketika banyak negara EU sepakat untuk mengintegrasikan Serbia seperti dicapai untuk Kosovo baru-baru ini, pemerintah Belanda telah meminta agar tekanan tambahan diberikan kepada Beograd selama para buronan penjahat perang oleh Mahkamah Kriminal Internasional untuk Yugoslavia (ICTY) itu masih belum tertangkap.

Tetapi rancangan kesepakatan itu tetap membuka pintu untuk Beograd bergabung dengan kelompok negara-negara kuat Eropa itu, menurut sumber-sumber diplomatik.

Rancangan itu menyerukan Komisi Eropa untuk menawarkan mengenai permohonan Beograd -- sebuah langkah pertama yang dilakukan negara untuk memperoleh status resmi sebagai kandidat anggota UE, proses itu memakan waktu sekitar setahun.

Tetapi rancangan kesepakatan tersebut masih dalam pertimbangan dan menambah alotnya situasi perundingan babak akhir untuk proses pengesahan.

Di saat seruan untuk dialog lebih lanjut antara Beograd dan Pristina, rancangan tersebut juga meminta adanya suatu langkah kerja sama yang lebih besar di ICTY.

"Bukti yang paling nyata tentang meningkatnya kerja sama Serbia dengan Mahkamah Internasional tersebut adalah tentang penangkapan dua buron yang utama, Ratko Mladic dan Goran Hadzic," tulis rancangan kesepakatan itu.

Dalam formulasi saat ini draf tersebut juga menyatakan bahwa langkah Serbia untuk bergabung dengan EU akan terganjal penundaan keputusan bulat 27 negara anggota EU yang "bekerja sama penuh dengan keberadaan ICTY".

"Beberapa negara percaya proses itu berjalan terlalu ketat, bahwa kami membuat terlalu banyak syarat," kata satu sumber diplomatik.

"Sekarang mari kita bersikap realistis," tegasnya.

Dalam pembicaraan antar menteri luar negeri pada Minggu tengah malam hingga Senin, semua mata tertuju pada sikap yang diambil oleh menteri baru dari Belanda, negara yang baru saja membentuk pemerintahan sayap-kanan bulan ini.

Bila persetujuan untuk memasukkan Serbia ditetapkan pada Senin, maka Uni Eropa akan menindaklanjuti penawaran untuk memfasilitasi pembicaraan antara Serbia dan Kosovo.

Kedua pihak pada September lalu sepakat untuk mencoba menyelesaikan isu-isu luar biasa walaupun Beograde tidak pernah secara resmi menerima kemerdekaan dari negara bekas provinsinya itu.

Belum ada tanggal pasti yang ditentukan untuk pembicaraan itu, tapi dilaporkan bahwa Uni Eropa menginginkan pembicaraan itu dimulai dalam beberapa pekan ke depan.

Pekan lalu, Perdana Menteri Kosovo Hashim Thaci menawarkan untuk memulai dialog sebelum pemilihan umum pada Februari yang merupakan pemilihan umum pertama sejak Kosovo secara sepihak memproklamasikan kemerdekaannya dari Serbia pada Februari 2008.

Kosovo telah diakui oleh 70 negara, termasuk Amerika Serikat dan mayoritas negara anggota Uni Eropa, tetapi Serbia menolak hal itu dan masih menganggap Kosovo sebagai provinsinya di wilayah selatan negara itu.
(Uu.KR-PPT/M043/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010