"Awan panas masih terus menerus keluar sehingga kami pun masih akan menetapkan Merapi dalam status awas," kata Kepala Badan Geologi R Sukhyar di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, dua kali awan panas terjadi pada pukul 06.10 WIB sekitar tiga menit, dan pukul 08.41 WIB luncuran awan panas kedua sekitar sembilan menit.
Namun BPPTK belum dapat memastikan arah dan jarak luncuran karena kondisi cuaca sekitar puncak Merapi berkabut.
Selain awan panas, juga terjadi 87 kali guguran, 53 kali gempa multiphase dan 16 kali gempa vulkanik.
Sukhyar mengungkapkan, telah terlihat titik api diam di puncak Gunung Merapi yang biasanya akan diikuti dengaan pembentukan kubah lava baru.
"Kemungkinan terjadi letusan sudah cukup kecil, namun yang perlu diwaspadai adalah posisi kubah lava tersebut sehingga bisa dilakukan antisipasi dini karena dikhawatirkan akan terjadi guguran awan panas apabila posisinya tidak terlalu stabil," katanya.
Gunung Merapi juga masih memiliki ancaman lain berupa banjir lahar saat hujan terjadi.
"Saat ada hujan, letusan sekunder di badan sungai masih mungkin terjadi karena ada material vulkanik bersuhu cukup tinggi di sungai tersebut," katanya.
Ia memperkirakan, material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi Selasa lalu mencapai 8 juta meter kubik dan 6 juta meter kubik diantaranya di Kali Gendol.
Lereng selatan Merapi yang terbentuk dari tumpukan material vulkanik hasil erupsi 1911, juga harus tetap diwaspadai karena merupakan batuan tua, demikian Sukhyar.(*)
E013/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010