Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi politik internasional, Christianto Wibisono, mengatakan bahwa Indonesia sulit meningkatkan daya saingnya di dunia internasional karena di antara lembaga-lembaga negara yang ada tidak bersatu.

"Saya melihat antara legislatif dan eksekutif saling `memeras`. Hal ini hanya menghabiskan energi dan tidak produktif untuk pertumbuhan ekonomi nasional," kata Christianto Wibisono pada diskusi "Indonesia Incorporated dalam Era Perdagangan Bebas" di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa.

Pembicara lainnya pada diskusi tersebut yakni, CEO PT Mustika Ratu Putri K Wardhani, mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris, dan anggota DPR RI Chandra Tirta Wijaya.

Menurut Christianto, hendaknya di antara elemen "trias politika" yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif saling bersatu dan memiliki komitmen kuat dalam membangun daya saing bangsa di dunia internasional.

Masih terjadinya sikap saling "memeras" di antara legislatif dan eksekutif, menurut dia, menunjukkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia belum berjalan efektif dan belum memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi harus didukung sikap yang konstruktif dari elemen trias politika dalam `Indonesia incorporated`," katanya.

Christianto menambahkan, Indonesia harus tetap menegakkan demokrasi tapi hendaknya secara efektif sehingga bisa menaikkan daya saingnya.

Dia mencontohkan, bagaimana China bisa meningkatkan daya saing di dunia internasional dengan pertumbuhan ekonomi hingga "double digit" karena di antara elemen trias politika mereka bersatu dan mendukung pertumbuhan ekonomi negaranya.

"Indonesia bisa meningkatkan daya saingnya dengan bersatunya elemen trias politika dan mampu mengoptimalkan badan usaha milik negara yang memiliki aset sangat besar," katanya.

Menurut dia, optimalisasi kekuatan BUMN tersebut harus didukung dengan sikap "Indonesia incorporated" dimana pemerintah tetap berperanan penting.

Sementara itu, Putri K Wardhani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum realistis yakni pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan pada 2010 sebesar 4,5 persen tapi pertumbuhan industri hanya sebesar 2,5 persen.

Menurut dia, data tersebut menunjukkan transaksi yang terjadi di Indonesia sebagian besar terhadap produksi industri yang diimpor ke Indonesia.

"Kondisi ini jika terus dibiarkan sangat tidak sehat terhadap kebedaan indtustri Indonesia," katanya.

Putri mengusulkan kepada legislatif, agar bisa merivisi aturan perundangan yang lebih berpihak terhadap pertumbuhan industri nasional.
(T.R024/D011/P003

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010