Kalau mau jujur, Negara sudah harus hadir dan mengetahui berapa jumlah idealnya harga PCR, yaitu Rp300 ribu
Jakarta (ANTARA) - Hamera Laboratorium di Jalan Terusan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, menyebut permintaan Presiden Joko Widodo untuk menyesuaikan  tarif tes  Polymerase Chain Reaction (PCR)  tidak merugikan.

"Penyesuaian tarif di Hamera itu bagi kami bukan sesuatu yang sifatnya merugikan atau merugikan, karena sesungguhnya  sejak awal itu berani bermain di level harga yang rendah," kata Direktur Marketing Hamera Lab Esa Tjatur Setiawan saat dihubungi di Jakarta Utara, Senin.

Baca juga: Gubernur DKI pastikan hasil tes COVID-19 di Jakarta sahih

Esa menambahkan, sejak 3 Juni 2021, tarif tes PCR di Hamera Lab hanya Rp475 ribu. Itu pun, menurut dia, sudah muncul desakan-desakan agar Hamera Lab menaikkan tarif karena dinilai merusak pasaran harga yang berlaku sejak Kementerian Kesehatan melalui surat edarannya nomor HK. 02.02/I/3713/2020 tentang Batasan Tarif Tertinggi Pemeriksaan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) menetapkan harga tarif PCR tertinggi Rp900 ribu.

Surat edaran tersebut disahkan oleh Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Prof dr Abdul Kadir, Senin 5 Oktober 2020.

Baca juga: Wagub DKI: Kasus COVID-19 turun karena PPKM bukan soal tes berkurang

"Saat itu, ada yang mengeluh kepada Hamera, kepada saya. Pak, jangan rusak pasar, jangan rusak pasar. Ini ada konsensi lab-lab untuk bagaimana mempertahankan harga. Kepentingannya bukan Indonesia lagi, tapi komersial," kata Esa.

Atas desakan-desakan itu, maka Hamera Lab menetapkan harga PCR di bawah Rp900 ribu atau Rp699ribu waktu itu. Namun, sejak 3 Juni 2021, Pekerja Migran Indonesia (PMI) repatriasi dan semua tes yang bekerja sama dengan pemerintah dipatok dengan harga Rp 475 ribu.

Kalau mau jujur, kata Esa, Negara sudah harus hadir dan mengetahui berapa jumlah idealnya harga PCR, yaitu Rp300 ribu.

"Idealnya harga PCR ke depan Rp300 ribu," kata Esa.

PCR itu awalnya dibilang mahal karena Reagen, yang masih impor. Sementara alat lainnya, di Indonesia, alat PCR itu sudah ada. Harga Reagen di Indonesia untuk jenis-jenis yang sering dipakai di banyak Lab di Jakarta yang kini ada 118 lab, seperti Tianlong misalnya, itu harganya di bawah Rp180 ribu.

"Jauh (harganya), kenapa? Ini soal moral, soal mental. soal aji mumpung. Mereka memanfaatkan dengan harga... sebenarnya mereka based on reagen itu masih harga Rp160 ribu, masih jauh di atas tarif standar Rp300ribu. Jadi itu masih memberi untung," kata Esa.

Baca juga: Dua tersangka pemalsu hasil "PCR" catut tiga rumah sakit di Jakarta

Saat ini, Kementerian Kesehatan mengatur batasan tarif tertinggi tes PCR di Pulau Jawa dan Bali sebesar Rp495 ribu. Untuk luar Pulau Jawa dan Bali sebesar Rp525 ribu.

Esa mengapresiasi penurunan tarif tersebut yang hampir 50 persen tersebut. Namun, menurut dia, tarif PCR yang ditetapkan masih bisa turun menjadi Rp300 ribu.

Sebab, tarif tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan India. India saat ini PCR nya Rp95 ribu, disebut-sebut karena India mampu memproduksi Reagen.

Tarif PCR di Indonesia, menurut dia, memang mahal pada komponen impor yang harganya bertambah karena ada tarif impor. Tapi, komponen impor itu cuma Reagen. Sedangkan selain itu, sudah bisa diproduksi sendiri oleh Indonesia.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021