Seoul (ANTARA News) - Korea Utara menembakkan artileri ke satu pulau perbatasan Korea Selatan, Selasa, sehingga timbul korban dan memicu baku tembak dengan pasukan Korsel, kata para pejabat dan laporan-laporan.

Penembakan itu terjadi setelah Korut mengungkapkan tentang kegiatan program pengayaan uraniumnya yang telah berjalan -- tahap kedua untuk membuat senjata nuklir -- yang menimbulkan kecemasan serius bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.

Sekitar 50 peluru artileri Korea Utara menghajar di pulau Yeonpyeong Korea Selatan dekat perbatasan Laut Kuning .  Beberapa orang cedera dan belasan rumah rusak, kata stasiun televisi YTN.

Empat tentara Korsel cedera akibat serangan artileri Korut itu, kata kantor berita Yonhap.

Militer Korsel dalam siaga tinggi, kata kementerian pertahanan, dan YTN memberitakan jet-jet Angkatan Udara Korsel dikerahkan ke pulau itu.

Tetapi seorang juru bicara kementerian itu mengemukakan kepada AFP: "Satuan artileri Korut melancarkan provokasi penembakan ilegal pada pukul 14:34 waktu setempat (12:34 WIB) dan pasukan Korsel segera membalas untuk mempertahankan diri."

Seorang penduduk pulau itu, Lee Jong-Sik mengemukakan kepada YTN: "Paling tidak 10 rumah terbakar. Saya tidak melihat secara jelas asap itu. Lereng-lereng bukit juga ditembaki.

"Kami diberitahu melalui siaran-siaran pengeras suara agar meninggalkan rumah-rumah kami."

Gambar televisi menunjukkan asap hitam terlihat di pulau itu.

Ketegangan di semenanjung yang terbagi dua itu tidak mereda sejak tenggelamnya sebuah kapal perang Korsel Maret, yang menurut Seoul akibat kena serangan torpedo Korut. Pyongyang membantah keras tuduhan itu.

Pada Oktober lalu, pasukan Korut dan Korsel terlibat baku tembak di perbatasan Perang Dingin mereka, bertepatan dengan keadaan darurat bagi militer Korsel menjelang KTT G-20 para pemimpin dunia di Seoul awal bulan ini.

Insiden terbaru itu meletus ketika seorang utusan khusus AS bertolak menuju China, Selasa, dalam usaha meminta bantuan China menghentikan proyek nuklir baru Pyongyang, yang diungkapkan kepada para pakar nuklir AS yang menyebutnya satu program mutakhir Korut untuk memperkaya uranium.

Stephen Bosworth juga mengunjungi Korsel dan Jepang pekan ini untuk membicarakan hal itu, yang menurut para pejabat AS akan memungkinkan Korut membangun bom-bom atom baru, pada saat negara itu sedang melakukan perubahan dinasti kekuasaan.

Bosworth, yang berbicara di Tokyo, mengesampingkan dimulainya kembali perundingan enam negara yang macet itu -- yang bertujuan untuk melucuti senjata nuklir Korut dengan imbalan bantuan dan konsesi-konsesi lainnya-- sementara berusaha melanjutkan program pengayaan uraniumnya.

"Kami tidak akan memikirkan dimulainya kembali perundingan sementara program aktif sedang dilaksanakan atau ketika ada kemungkinn Korut akan melakukan satu uji coba nuklir baru atau uji coba rudal," katanya kepada wartawan.

China memimpin perundingan itu dan juga satu-satunya sekutu penting dan pedukung ekonomi Korut. China berada dibawah tekanan untuk memainkan peran penting dalam menyelesaikan sengketa nuklir terbaru itu.

Gedung Putih mengatakan pernyataan pengayaan uranium itu bertentangan dengan janji-janji Pyongyang terdahulu tetapi pihaknya tetap membuka pintu bagi perundingan-perundingan "serius."

"Pemerintah yakin proses enam negara dapat memainkan peran penting jika dan apabila Korut melibatkan diri dalam proses enam negara itu untuk mempercepat denuklirasisi dengan serius," kata juru bicara Robert Gibbs, Senin.

Korut, yang memperlihatkan mesin-mesin pemisah uranium kepada para pakar nuklir AS bulan ini, mengatakan operasi itu adalah untuk bahan bakar proyek listrik sipil. Tetapi para pejabat AS mengatakan niat sebenarnya adalah untuk membangun satu genarasi baru bom-bom.
(H-RN/B002)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010