Jakarta (ANTARA News) - Dekan Universitas Indonesia Firmanzah mengatakan sistem pembayaran online belum berkembang di Indonesia, karena keselamatan transaksi jaringan belum dimungkinkan.

"Perkembangan pembayaran online di Indonesia masih merupakan complementary, bukan sebagai subtitusi pembayaran manual karena secara keseluruhan belum dimungkinkan keselamatan transaksi jaringan murah dan harga terjangkau secara ekonomis," ujarnya dalam dialog tren bisnis Indonesia 2011 di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan perkembangan pembayaran online belum secepat di negara-negara Eropa karena adanya perbedaan kultur serta anggapan masyarakat Indonesia bahwa pembayaran barang secara manual masih lebih aman dan praktis.

"Walau ada online transaksi, namun kita masih lebih senang datang ke travel agent, ada hal-hal yang belum bisa menggantikan pembayaran secara manual," ujarnya.

Pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada Sri Adiningsih juga menambahkan, selama ini penggunaan cek atau kartu kredit secara online sebagai alat pembayaran belum berfungsi secara maksimal.

"Di Indonesia, memakai online banking, masyarakat belum berani meskipun potensi besar karena keamanan yang belum terjamin, misal masih banyak kasus cek kosong," ujarnya.

Ia mengatakan sistem online merupakan pasar yang menguntungkan dalam perkembangan bisnis teknologi di masa mendatang, karena memiliki jalur aman, mudah dan dapat diandalkan.

"Di negara maju menggunakan cek dan pembayaran online di bank memakai keamanan bagus dan keyakinan bahwa sistem tersebut merupakan hal yang aman," ujar Sri.

Dirut Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf yang juga bertindak sebagai moderator dalam acara tersebut menambahkan saat ini pertumbuhan konsumer tumbuh secara cepat, namun pembayaran online belum dapat menggantikan transaksi pembayaran secara manual.

"Pertumbuhan konsumer merupakan kenyataan dan walau secara transaksi online tidak menggantikan pembayaran manual, tapi memberikan peluang untuk tumbuh," ujarnya.

Menurut Mukhlis, walau pembelian barang secara online cukup besar di Indonesia, namun ada karateristik kultural yang belum memungkinkan sistem ini bekembang.

"Ada kultural karakteristik, tapi provider melihat Indonesia sebagai pasar unik dalam pemasaran produk, karena kita memiliki budaya, harga dan inovasi (produk)," ujarnya.(*)

(T.S034/B012)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010