Inisiatif Kedutaan Besar RI untuk Malaysia mengundang 12 jurnalis elektronik dan media cetak asal Malaysia untuk mengunjungi sejumlah objek pariwisata di kota Makassar dan sekitarnya membuahkan hasil yang optimal.

Sejumlah jurnalis asal negeri jiran Malaysia itu mengaku takjub ketika pihak biro perjalanan membawa mereka ke beberapa objek wisata sejarah dan tempat rekreasi di daerah ini, bahkan kunjungan itu memberikan kesan spritual yang mendalam bagi mereka.

Kunjungan pertama yang dimulai dari makam Sultan Hasanuddin terletak di kompleks pemakaman Raja-raja Gowa di Jalan Pallantikang, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan atau tepatnya di perbatasan Makassar - Gowa telah membawa mereka ke masa lalu.

Petualangan sejarah yang menunjukkan adanya hubungan silsilah keturunan Melayu dengan masyarakat di kabupaten Gowa, Sulsel ini membangkitkan naluri jurnalistik mereka untuk mengetahui lebih jauh hubungan kekerabatan antar kedua rumpu tersebut.

Kedatangan 12 jurnalis Malaysia seperti reporter TV1, TV2, TV3, wartawan Majalah Kosmo, Santai Travel Magazine, Jalan-Jalan Travel Magazine, The Star Daily dan sejumlah media lainnya mendapat sambutan hangat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Gowa, Sulsel ketika memasuki wilayah daerah bersejarah itu.

Dalam kunjungan jurnalis Malaysia di Makassar, tarian menyambut tamu "Pakkarena" yang diiringi lagu-lagu tradisional Makassar `Ati Raja` cukup menghibur dan sangat dinikmati tamu asal Malaysia itu.

Mereka menyambut kedatangan "fam trip" jurnalis Malaysia itu di Istana Balla Lompoa, Sungguminasa, Gowa, Sulsel yang selama ini menyimpan berbagai macam benda-benda pusaka yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Meskipun kondisi istana Balla Lompoa masih dalam tahap perbaikan, namun hal ini tidak menyurutkan niat jurnalis asal Malaysia ini mengunjungi objek wisata di daerah bersejarah itu.

Jurnalis Utusan Malaysia, Azran Fitri Abdul Rahim mengaku tertarik dengan budaya Bugis-Makassar karena adanya hubungan kebudayaan antara kedua daerah ini, sehingga dia mengaku media di Malaysia sebaiknya mencoba menggali hubungan kebudayaan yang ada di wilayah Sulsel.

Wartawan asal Kota Bharu, Kelantan, Malaysia ini mengaku ingin mengetahui lebih banyak tentang huruf Lontara yang merupakan aksara asli masyarakat Bugis - Makassar yang dianggap bukan asimilasi budaya dari negara lain.

Ketertarikannya dengan aksara lontara Bugis-Makassar itu dimulai saat pemandu wisata mengajaknya berkeliling di sekitar museum Balla Lompoa dan kompleks makam raja-raja Gowa yang banyak terdapat tulisan lontara.

Jurnalis Malaysia bersama perwakilan dari KBRI untuk Malaysia diberikan kesempatan menggunakan pakaian adat masyarakat setempat.

Deputy News Editor TV3 Malaysia, Kamaruddin Mape di sela-sela kunjungannya merasa tertarik dengan silsilah raja-raja di kerajaan Gowa yang hingga saat ini masih terus dikenang oleh masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Adanya hubungan garis keturunan langsung raja Gowa dengan petinggi di kerajaan Malaysia yang mendorong kami berkunjung ke Sulawesi Selatan," kata dia.

Kamaruddin yang asli keturunan Bugis ini, mengaku memiliki banyak keluarga yang menetap di Makassar, bahkan salah satu kerabatnya yang pernah menjabat sebagai legislator tingkat provinsi utusan dari partai Golkar Sulsel memiliki hubungan kedaerahan yang sangat kental.

"Orang tua saya memiliki silsilah dari Kabupaten Bone, Sulsel. Jadi wajar kalau saya tertarik menggali budaya maupun sejarah tempat ini," ujar dia.

Dia mengaku, sangat terharu dengan keramahan orang-orang Makassar yang memperlakukan kunjungan mereka layaknya tamu kenegaraan. "Kami akan membalas pelancongan ini dengan membuat wisata di Makassar jadi fokus liputan kami," kata dia.

Kalangan pelaku industri pariwisata, pemerintah daerah hingga kalangan jurnalis di Makassar memberikan sambutan dan apresiasi atas prakarsa Kedutaan Besar RI (KBRI) di Kuala Lumpur mengajak jurnalis Malaysia berkunjung ke daerah ini.

Konselor Bidang Ekonomi KBRI untuk Malaysia, Endang Rusmihaty dalam kesempatan itu menilai objek pariwisata dan budaya masyarakat di kawasan timur Indonesia masih banyak yang belum dikenal wisatawan di Malaysia.

Ia mengatakan kunjungan kerja KBRI untuk Malaysia di daerah Timur dengan mengajak jurnalis pariwisata negara itu akan membantu promosi daerah yang layak untuk di kunjungi wisatawan di negara mereka.

"Kami memang baru mencoba menjajaki objek wisata di Makassar dan Manado dengan harapan kunjungan ini bisa menarik perhatian masyarakat Malaysia," ucap dia.

Dia mengharapkan, kunjungan media Malaysia ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan industri pariwisata di Makassar, yang merupakan pusat informasi budaya dan sejarah masyarakat di kawasan timur Indonesia.

"Memang kami memilih Makassar sebagai daerah tujuan kunjungan media Malaysia, karena objek dan budaya di wilayah timur hingga saat ini belum banyak dikenal oleh para wisatawan," ucap dia.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar, Rusmayani Madjid memberikan apresiasi kepada perwakilan Kedutaan Besar RI untuk Malaysia di Kuala Lumpur yang telah berinisiatif memperkenalkan objek wisata Makassar kepada media di Malaysia.

"Kami berterima kasih atas kunjungan KBRI bersama media dari Malaysia ke kota ini. Manfaat kunjungan jurnalis Malaysia ini penting untuk mendorong tingkat kunjungan wisman ke Makassar," ucapnya.

Dia mengharapkan, objek dan keramahan masyarakat Makassar bisa menjadi daya tarik para jurnalis Malaysia itu untuk membuat liputan yang dapat menarik minat masyarakat di negara itu berkunjung ke daerah ini.

Apalagi, kata dia, terdapat 70 agenda kegiatan yang akan di selenggarakan di kota Makassar mulai dari Festival Losari, aneka kuliner, wisata sejarah hingga acara ritual budaya yang telah menjadi agenda tahunan.

"Berbagai kegiatan akan kami lakukan tahun depan, yang puncaknya akan mulai September hingga Desember 2011," ucap dia.



Jurnalis Makassar

Selain pelaku industri pariwisata dan pemerintah daerah setempat, kalangan jurnalis Makassar juga memberikan apresiasi terhadap kunjungan media asal negeri jiran Malaysia tersebut.

Bahkan, sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Lingkar Penulis Pariwisata (LPP) kota Makassar membuka ruang bagi jurnalis Malaysia itu berdialog tentang dunia kepariwisatan kedua negara khususnya kota Makassar yang memiliki hubungan budaya dan sejarah yang amat kental.

Juru bicara Lingkar Penulis Pariwisata (LPP) Makassar, Furqon Madjid mengaku bersyukur dengan kunjungan jurnalis Malaysia ke Makassar dan daerah sekitarnya yang membawa dampak positif terhadap promosi pariwisata daerah ini ke negara mereka, sebab melalui tulisan maupun liputan media Malaysia minat masyarakat Malaysia berkunjung ke kota Makassar akan semakin besar.

"Kami menganggap kunjungan ini sebagai salah satu bentuk penghargaan teman-teman jurnalis di Malaysia yang peduli terhadap nilai budaya dan objek pariwisata di Makassar. Sebaliknya media di Makassar bisa melakukan kunjungan balasan, yang diharapkan bisa mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait," katanya.

Aktivis Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Makassar ini berharap, adanya kesamaan budaya dan hubungan silsilah kekerabatan bisa mendorong pembentukan Forum Komunikasi Jurnalis Serumpun Malaysia - Makassar, sehingga pertukaran informasi untuk mendorong peningkatan kunjungan di kedua daerah bisa sama-sama dirasakan.

Penulis Pariwisata senior di Makassar, Rusdin Tompo juga manyampaikan hal serupa yang berharap ke depannya adanya jaringan kebudayaan forum keterbukaan informasi antara kedua wilayah yang khusus membahas adanya hubungan budaya dan sejarah yang sama.

"Mungkin kita semua masih ingat dengan program televisi nasional kedua negara yakni "Titian Muhibah" yang ketika itu membahas banyak hal terkait budaya dan hubungan sejarah kedua negara. Mengapa kita tidak memulainya dari kalangan jurnalis yang membangun forum komunikasi penulis serumpun," kata Rusdin saat berdialog dengan rombongan jurnalis asal Malaysia.

Komisioner Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel ini mengajak adanya hubungan yang khusus antara perwakilan media di Malaysia dan Makassar untuk sama-sama mengangkat budaya masing-masing wilayah yang nantinya akan memperkokoh hubungan antara kedua negara.

Wakil Ketua Lingkar Penulis Pariwisata (LPP) Makassar, Aswad Syam mengatakan, dilibatkannya LPP Makassar dalam kegiatan kunjungan media Malaysia di Makassar merupakan suatu kebanggaan dan tantangan.

Apalagi, jurnalis harian media lokal ini menilai kota Makassar selalu mendapatkan pencitraan negatif dari masyarakat luar Sulsel dan mancanegara karena seringnya pemberitaan negatif yang berkaitan dengan reaksi keras dari kelompok-kelompok tertentu terkait pemerintahan, hukum, ekonomi dan sosial.

"Terkadang kita menemukan rekan dari luar Sulsel yang selalu membayangkan mengenai jaminan keamanan Kota Makassar ketika berkunjung ke Makassar. Padahal, semua informasi itu hanyalah bagian terkecil dari dinamika kota yang hampir seluruh daerah juga mengalaminya," ujarnya. (HK/K004)

Oleh Oleh Hendra Nick Arthur
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010