New Delhi (ANTARANews/AFP) - India menghentikan sementara ekspor bawang, makanan pokok penting, pada Senin setelah harga sayuran melonjak, sehingga menambah penderitaan inflasi pemerintah.

Harga bawang -- biasa digunakan untuk menambah rasa makanan India -- telah melonjak dalam beberapa hari terakhir hingga mencapai 80 rupee per kilogram (80 sen per pon) di banyak pasar di seluruh negeri dari sekitar 35-40 rupee.

Pemerintah mengatakan dalam sebuah pernyataannya, telah memutuskan untuk menghentikan sementara pemberian izin ekspor sampai setidaknya 15 Januari.

Menteri Perdagangan Anand Sharma mengatakan kepada wartawan penghentian sementara itu akan tetap diterapkan "sampai situasi domestik membaik".

Harga bawang merupakan isu politik yang sensitif di India dengan pemilih pada 1998 membuang partai nasionalis Bharatiya Janata Party (BJP) di pemilu lokal Delhi karena ketidakmampuan untuk mengendalikan harga sayuran yang membumbung tinggi.

Pejabat pemerintah sedang mempertimbangkan membuka outlet khusus untuk menjual bawang dengan harga grosir, demikian kantor berita Press Trust of India melaporkan.

Pemerintah menunjuk kenaikan tajam harga bawang untuk "penimbunan dan spekulasi" serta krisis pasokan yang akibat musimnya hujan berat di barat dan selatan negara itu.

Inflasi harga makanan tahunan di India telah turun dari puncak 20persen tetapi masih tinggi 9,46 persen, menyebabkan kesulitan besar, terutama bagi ratusan juta orang yang berjuang di bawah garis kemiskinan.

Partai berkuasa nasional Partai Kongres telah merasakan "panas" di atas inflasi karena oposisi BJP telah menggunakannya isu itu untuk menggembleng keberuntungannya, terutama di kalangan masyarakat miskin -- pendukung tradisional pemerintah.

Kenaikan harga bawang merah menambah kesulitan pemerintah yangsudah berusaha untuk meredakan kemarahan publik tentang skandal lisensi telepon selular besar yang diyakini telah merugikan negara kehilangan pendapatan 40 juta dolar.

Bank sentral India telah menaikkan suku bunga enam kali tahun ini untuk menjinakkan inflasi secara keseluruhan, sekarang berjalan pada 7,48 persen, tetapi mengatakan pengetatan moneter hanya sedikit mengurangi harga pangan. (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010