Kota Gaza (ANTARA News) - Nota Kesepahaman (MoU) rencana pembangunan sebuah rumah sakit (RS) permanen di Kota Gaza, Palestina, Jumat sekitar pukul 17.00 waktu setempat (22.00 WIB) oleh wakil relawan kemanusiaan dari Indonesia, Medical Emergency Rescue Commite (MER-C) dengan Menteri Kesehatan Palestina di Kota Gaza, dr Bassim Naim.          Hadir pula dalam acara tersebut Ketua Presidium MER-C, dr Sarbini Abdul Murad, anggota presidium MER-C, dr Jose Rizal Jurnalis, SpOT, dr Indragiri SpAN dan Mohammad Mursalim (staf logistik), sedangkan Menkes Palestina di Gaza didampingi ustadz Ahmad "Abu Ja'far" Beseisa, salah satu tokoh ulama Hamas.            Menurut Sarbini Abdul Murad, penandatanganan MoU yang dilakukan disebuah tempat di Kota Gaza itu mengawali sebuah inisiatif dari wakil masyarakat Indonesia, yang akan mengajukan rencana program dimaksud kepada pemerintah Indonesia melalui Depkes.            "Bila MoU itu kemudian dapat diwujudkan dalam sebuah program bersama antara elemen rakyat Indonesia dan pemerintah Indonesia, itu akan menjadi sebuah ikhtiar monumental dalam hubungan Indonesia-Palestina," katanya.              Menanggapi hal itu, Menkes Palestina di Gaza, Bassim Naim menyambut baik rencana yang ide awalnya atas inisiatif MER-C Indonesia, yang kemudian akan membawanya kepada pemerintah di Jakarta untuk dilanjutkan pada tahap lebih lanjut.            "Rumah sakit jelas akan sangat membantu rakyat Palestina, yang setiap waktu menjadi korban kebiadaban Israel, apalagi banyak korban adalah warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak," katanya.            Ia mengharapkan bahwa MoU itu dapat diwujudkan dalam bentuk nyata, meski untuk itu tidak mudah, terlebih dengan kondisi Jalur Gaza yang terisolir. "Tapi kalau ini semua dikerjakan dengan tulus dan ikhlas, Insya Allah ada jalan keluar," kata Bassim Naim.            Dikemukakannya pula bahwa rakyat Palestina di Gaza menyatakan rasa terima kasih atas dukungan dan bantuan terus-menerus dari rakyat dan pemerintah Indonesia dalam perjuangannya mewujudkan negara Palestina merdeka.      Penggabungan      Organisasi relawan MER-C Indonesia pekan lalu mewacanakan kemungkinan menggabungkan dana yang diamanahkan rakyat Indonesia dengan dana Pemerintah Republik Indonesia (RI) untuk mewujudkan sebuah pembangunan rumah sakit (RS) permanen di Jalur Gaza, Palestina.            "Saya dan dr Jose Rizal Jurnalis, Sp.OT (Presidium MER-C), sudah berdiskusi untuk kemungkinan (penggabungan dana) itu, sehingga ada RS baru di Gaza, " kata Faried Thalib, staf logistik MER-C.            Ia lebih lanjut mengatakan, RS As-Shifa yang digempur Israel kondisinya juga memrihatinkan, sehingga perlu ada RS permanen yang baru untuk perawatan dan pelayanan kesehatan      Dalam diskusi itu, kata dia, wacana penggabungan dana itu menguat setelah diketahui layanan kesehatan di Gaza cukup memrihatinkan, sehingga mesti diperlukan RS tambahan, apalagi banyak korban yang mesti diberikan perawatan.            Ditambahkannya bahwa wacana itu, saat disampaikan kepada Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Mesir Abdurrahman Mohammad (AM) Fachir juga mendapat sambutan yang baik. "Itu ide yang sangat baik," katanya mengutip pernyataan Dubes.            Penerimaan donasi untuk Palestina yang diterima MER-C Indonesia jumlahnya mencapai hampir Rp10 miliar. Sementara total bantuan kemanusiaan dari Indonesia, semula hanya dua ton obatan-obatan dan uang tunai Rp2 milar, dalam perkembangannya meningkat menjadi 1 juta dolar AS atau Rp11 miliar dan itu sesuai dengan yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.            Bantuan tahap pertama dari Indonesia telah disampaikan langsung kepada Menkes Palestina di Rammalah dr Fathi Abu Moughli di Amman, Yordania pada 3 Januari 2009, yakni berupa dua ton obat-obatan senilai Rp300 juta dan uang tunai Rp1 miliar.            Bantuan yang diserahkan itu kemudian disalurkan ke Jalur Gaza lewat Tepi Barat.            Namun karena untuk masuk Gaza lewat pintu perbatasan Yordania harus melalui wilayah Israel, maka tim kemanusiaan bersama sejumlah wartawan Indonesia yang meliput gagal masuk langsung ke Gaza akibat kondisi itu.            Selanjutnya bantuan tersebut mesti dibawa atas kerja sama dengan LSM milik Raja Yordania "Jordan Hashemite Charity" sebagai satu-satunya lembaga yang selama ini mendapat izin Israel untuk bisa masuk ke Gaza melalui wilayah Israel.            Kemudian, bantuan tahap kedua diserahkan ke Rafah, perbatasan Mesir-Palestina sebesar Rp2,1 miliar, yakni dari pemerintah Rp700 juta, MER-C Rp900 juta dan BSMI Rp500 juta, berupa obat-obatan dan ambulan, yang diterima oleh Faiz Hasunah (25), perwakilan warga Gaza.              Ketua Delegasi Tim Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina, dr Rustam S Pakaya, MPH --yang juga Kepala Pusat Pengendalian Krisis Depkes--menjelaskan bahwa setelah bantuan tahap pertama dan kedua sudah disampaikan, kini bantuan tahap ketiga, dari total komitmen bantuan senila 1 juta dolar AS akan segera disiapkan.              "Untuk bantuan tahap ketiga, tentu saja akan segera disiapkan. Tim akan segera melaporkan seluruh proses bantuan kepada Menteri Kesehatan (Menkes) dan kemudian Menkes akan melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," katanya. (*)     

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009