Sentimen risiko tidak terganggu oleh pergerakan imbal hasil, malah mendapat dukungan dari berita seputar Evergrande
Tokyo (ANTARA) - Dolar melemah di perdagangan Asia pada Jumat pagi, berkubang di dekat level terendah dalam seminggu terhadap mata uang utama lainnya, karena sentimen risiko membaik menghapus kenaikan baru-baru ini di tengah meredanya kekhawatiran tentang penularan dari potensi gagal bayar China Evergrande Group.

Selera risiko kembali, mengangkat minyak dan ekuitas global, bahkan ketika komentar hawkish dari bank sentral Inggris, Bank of England (BOE), mendorong imbal hasil secara global, dengan obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai tertinggi sejak Juli di 1,437 persen semalam.

Namun, itu gagal membantu greenback, dengan indeks dolar AS, yang mengukur mata uang tersebut terhadap sekeranjang enam rivalnya, turun sedikit ke 93,068 dari Kamis, ketika melemah 0,36 persen dan menyentuh level terendah sejak 17 September di 92,977. Penurunan tersebut menghapus kenaikan untuk minggu ini, dan membuat indeks turun 0,16 persen.

"Sentimen risiko tidak terganggu oleh pergerakan imbal hasil, malah mendapat dukungan dari berita seputar Evergrande," Tapas Strickland, seorang analis di National Australia Bank, menulis dalam catatan klien, dikutip dari Reuters.

"Otoritas China sedang mempersiapkan tim restrukturisasi, mengurangi ketakutan akan tipe momen Lehman."

Beijing menyuntikkan uang tunai baru ke dalam sistem keuangannya pada Kamis (23/9/2021), ketika raksasa properti Evergrande mengumumkan akan melakukan pembayaran bunga obligasi dalam negeri. Namun, belum ada kabar apakah mereka juga melakukan pembayaran kupon obligasi dolar yang jatuh tempo hari itu, dengan lebih banyak jatuh tempo minggu depan.

Meski begitu, suasana membaik, membebani mata uang safe haven lainnya seperti yen dan mengangkat mata uang terkait komoditas seperti dolar Australia.

Yen melemah 0,05 persen menjadi 110,385 per dolar setelah sebelumnya mencapai 110,435, level terlemah sejak 8 September.

Euro bertambah 0,05 persen menjadi 1,1743 dolar, terus rebound dari level terendah lebih dari satu bulan di 1,16835 dolar yang dicapai Kamis (23/9/2021).

Aussie menguat 0,21 persen menjadi 0,73105 dolar, dan sebelumnya menyentuh level tertinggi satu minggu di 0,73165 dolar.

Sementara itu, sterling 0,07 lebih tinggi pada 1,3734 dolar, mendekati tertinggi sesi sebelumnya di 1,3750 dolar, yang pertama sejak 20 September.

BOE mengatakan dua pembuat kebijakannya telah memilih untuk mengakhiri lebih awal pembelian obligasi pemerintah era pandemi dan pasar mengedepankan ekspektasi mereka untuk kenaikan suku bunga hingga Maret.

Krona Norwegia sedikit berubah pada 8,5754 per dolar setelah melonjak ke level tertinggi 1,5 bulan di 8,5552 pada Kamis (23/9/2021), setelah bank sentral negara itu menaikkan suku bunga acuan dan mengatakan kenaikan lebih lanjut akan menyusul dalam beberapa bulan mendatang.

Sehari sebelumnya, Federal Reserve mengatakan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan secepatnya pada November, dan bahwa suku bunga bisa naik lebih cepat dari yang diperkirakan tahun depan.

"Suara hawkish dari BOE dan Norgesbank memperkuat kecenderungan hawkish di Fed," kata Strickland dari NAB.

"Bank sentral Inggris tampaknya membuka pintu untuk kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun."

Beberapa pejabat Fed akan berbicara pada Jumat waktu setempat, termasuk Ketua Jerome Powell, yang memberikan pidato pembukaan di acara Fed Listens.

Baca juga: Yuan berbalik menguat 150 basis poin menjadi 6,4599 terhadap dolar AS
Baca juga: Rupiah Jumat pagi melemah 7 poin
Baca juga: Dolar AS tergelincir terseret meningkatnya sentimen risiko global

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021