Surabaya (ANTARA News) - Inflasi (Indeks Harga Konsumen/IHK) diyakini membayangi kinerja pengusaha departemen store (toko serba ada yang menjual pakaian dan bahan pakaian) di Tanah Air pada tahun 2011, karena semakin tingginya harga sejumlah komoditas saat ini.

"Pada tahun ini, kenaikan inflasi dikhawatirkan menjadi kendala penjualan sektor ritel," kata Kepala Regional Jawa Timur dan Kalimantan PT Matahari Department Sore, Tjipto Suparmin, Minggu, menanggapi pengaruh inflasi terhadap kinerja departemen store.

Menurut dia, semakin mahalnya harga barang pokok, terutama bahan baku makanan, menyebabkan konsumen menahan diri untuk melakukan transaksi produk fashion.

"Untuk menyiasatinya, kami dan pelaku departemen store lain yang 90 persen item merupakan produk lokal siap menerapkan program `gimmick marketing` seperti potongan harga," ujarnya.

Ia menjelaskan, upaya tersebut dilakukan dengan dukungan ketersediaan beragam barang fashion yang "up to date" atau mengikuti perkembangan zaman.

"Bahkan, kami menawarkan berbagai jenis produk fashion tersebut dengan harga kompetitif," katanya.

Ia optimistis, dengan langkah bisnis tersebut terjadi kenaikan penjualan melebihi 10 persen dibandingkan dengan penjualan tahun 2010.

Untuk memperluas pasar, pihaknya siap melakukan penambahan dua gerai pada tahun ini.

"Dengan penambahan gerai itu, kami targetkan nilai pendapatan kian meningkat menjadi 12 persen," katanya.

Mengenai penjualan tahun 2010, ia merinci, seluruh gerainya mencata kinerja sebesar Rp1,5 triliun, sedangkan pada tahun 2011 ditargetkan ada peningkatan penjualan menjadi Rp1,7 triliun.

"Pada tahun ini, kami membuka dua gerai baru antara lain di Kediri dengan luas kotor 5.500 meter persegi dan di Kalimantan 4.500 meter persegi," katanya.

Penambahan dua gerai tersebut, tambah dia, secara keseluruhan wilayah kerjanya di Jawa Timur dan Kalimantan memiliki 15 toko. Kedua titik itu pasarnya sangat potensial untuk dibidik, apalagi daya beli konsumen di sana terhadap produk fashion sangat tinggi.

"Selain itu, kami sedang menjajaki untuk membuka di Pangkal Pinang, tetapi kami belum tahu pasti kapan waktu yang tepat untuk membuka gerai di sana," katanya.

Khusus di Surabaya, lanjut dia, saat ini persaingan ritel fashion sangat ketat, karena itu lima gerainya dinilai cukup memenuhi kebutuhan pasar Surabaya, apalagi konsumennya di Kota Pahlawan, terutama untuk Matahari di Tunjungan Plaza, banyak berasal dari luar Surabaya seperti Indonesia Timur.(*)

(L.KR-DYT*E011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011