Rupiah ditransaksikan pada kisaran 8.817 per dolar AS, melemah 8 poin dibanding posisi sebelumnya 8.809 per dolar AS.
Analis pasar uang Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengatakan, alasan teknikal membuat rupiah yang sudah menguat dalam beberapa hari lalu hingga ke level 8.700, sekarang terkoreksi.
"Rupiah melemah disebabkan faktor teknikal, jadi wajar saja rupiah melemah pada pagi ini," katanya.
Selain itu, tambah dia, kembali naiknya harga minyak mentah dunia ke level 100 dolar AS per barel memberi kekawatiran pasar di Asia.
"Investor global menjadi kawatir, terlihat dari indeks dolar AS dipasar spot yang mulai menguat," katanya.
Ia mengatakan, berkembangnya demo anti pemerintah di Libya menjadi perang saudara, makin merumitkan situasi terutama terkait dengan kelangsungan produksi minyak Libya sebagai produsen OPEC kedua terbesar setelah Arab Saudi.
"Harga minyak terus tertekan kendati Arab Saudi menjanjikan untuk mengatasi turunnya pasokan akibat krisis Libya ini. Kebijakan tersebut tampaknya belum dapat meyakinkan pasar global," kata dia.
Tekanan harga minyak mentah, kata Lana, akan menambah beban inflasi di Asia karena disaat yang sama harga pangan juga meningkat.
Sementara PT Monex Investindo Futures dalam kajiannya memaparkan, dollar AS diperdagangkan menguat terhadap beberapa mata uang utama di Asia seperti Yen paska Ketua Federal Reserve Ben S Bernanke mengatakan tingginya harga minyak dan komoditas tidak akan mengganggu pemulihan ekonomi di AS.
"Melihat pengalaman kenaikan harga beberapa dekade terakhir, saat ini sudah dapat diantisipasi," katanya.
(KR-ZMF/A023/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011