Ambon (ANTARA News) - Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, mengatakan bahwa letak geografis Maluku menjadi pertemuan lempeng Pasifik, Australia, dan Euroasia sehingga rawan gempa tektonik dan tidak layak membangun proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

"Selama tahun 2010, wilayah Maluku diguncang gempa tektonik lebih dari 600 kali dan kondisi seperti ini sangat riskan untuk membangun proyek PLTN," ujarnya di Ambon, Minggu.

Ia menegaskan proyek PLTN tidak bisa dibangun karena dampak negatif reaktor nuklir cukup besar.

Pengalaman Jepang yang dilanda gempa dan menyebabkan reaktor PLTN mereka meledak, bisa dijadikan pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat, katanya.

Menurut Gubernur, kebutuhan energi listrik di daerah ini masih sangat terbatas karena keberadaan wilayah yang terdiri atas pulau-pulau.

Persoalan itu, katanya, bisa diatasi secara bertahap dengan menggunakan pembangkit energi yang lain.

Sekarang ini, katanya, pemerintah sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Waai, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon) untuk mengatasi masalah krisis listrik.

Potensi batubara di Indonesia cukup menjanjikan dan harganya lebih murah, belum lagi masih ada sumber daya alam lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit turbin untuk menghasilkan energi listrik seperti panas bumi, matahari, angin dan air.
(T.D008/B009)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011