London (ANTARA News/Reuters) - Televisi BBC mengutip keterangan dokter, yang mengatakan bahwa serangan udara koalisi Barat di Libya telah membunuh tujuh warga, kebanyakan anak-anak, dan melukai 25 orang lain di dekat kota minyak Brega pada Rabu.

Dokter itu mengatakan kepada wartawan BBC bahwa ia dipanggil ke desa 15 kilometer dari Brega setelah serangan udara menghantam iringan tentara pendukung pemimpin Libya Muammar Gaddafi.

Sebuah truk berisi amunisi meledak di antara dua rumah, membunuh perempuan dan laki-laki muda berusia antara 12 dan 20, kata jaringan berita BBC pada Jumat. Laporan itu belum dipastikan.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengambil alih kepemimpinan serangan udara, yang menyasar sarana tentara Gaddafi, dan menerapkan amanat daerah larangan terbang Perserikatan Bangsa-Bangsa serta embargo senjata.

Penerapan wilayah larangan terbang mewenangkan "semua langkah diperlukan" untuk melindungi warga dari serangan pasukan Gaddafi.

Sedikitnya 40 warga tewas dalam serangan udara oleh pasukan Barat di Tripoli, kata pejabat puncak Vatikan di ibu kota Libya itu kepada kantor berita Katolik pada Kamis, dengan mengutip keterangan saksi.

"Gempuran yang katanya untuk kemanusiaan itu menewaskan puluhan warga di beberapa lingkungan di Tripoli," kata Giovanni Innocenzo Martinelli, Vikaris Apostolik Tripoli.

"Saya mengumpulkan beberapa laporan saksi dari sejumlah orang terpercaya. Secara khusus, di lingkungan Buslim, akibat pemboman itu, sebuah bangunan warga runtuh, menyebabkan kematian 40 orang," katanya kepada Fides, kantor berita lengan misionaris Vatikan.

Pejabat Libya membawa wartawan asing ke tempat yang mereka katakan akibat serangan udara Barat di Tripoli, tapi bukti warga korban tidak meyakinkan.

Kekuatan Barat menyatakan tidak memiliki bukti pasti korban di kalangan rakyat akibat serangan udara, yang mereka lakukan di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi warga, yang terjebak dalam kemelut antara pasukan pemimpin Libya Muammar Gaddafi dengan pemberontak.

"Memang benar bahwa pemboman tampak cukup tepat pada sasaran, tapi juga benar bahwa ketika menghantam sarana tentara sasaran, yang berada di tengah lingkungan warga, penduduk juga terlibat," kata Martinelli.

"Kemarin, saya mengatakan bahwa pemboman menghantam, walau tak langsung, beberapa rumah sakit. Tepatnya, salah satu rumah sakit itu ada di Mizda," katanya, menyebutkan kota sekitar 145 kilometer barat daya ibu kota negara tersebut.

Martinelli menyatakan kehidupan di ibu kota Libya itu semakin sulit dari hari ke hari, sementara di jalanan, kebuntuan ketentaraan tampak berlangsung terus.

"Itu sebabnya saya mengatakan bahwa penyelesaian secara diplomatik adalah cara utama untuk mengahiri pertumpahan darah di antara rakyat Libya, dengan menawari Gaddafi jalan keluar bermartabat," katanya.

Paus Benediktus XVI pada Minggu menyeru pembicaraan segera secara damai di Libya, dengan mengatakan bahwa ia prihatin akan keselamatan warga di sana dan mendesak "rujuk" di seluruh Timur Tengah.

"Saya menyampaikan imbauan tulus kepada badan antarbangsa dan mereka dengan tanggung jawab politik dan militer untuk segera melakukan pembicaraan, yang akan menghentikan penggunaan senjata," katanya kepada jemaat di Vatikan.

"Saat dihadapkan dengan berita yang lebih menggemparkan dari Libya, keprihatinan saya meningkat atas keselamatan dan keamanan penduduk, seperti ketakutan saya akan keadaan, yang berkembang akibat penggunaan senjata," katanya.(*)
(Uu.B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011