Surabaya (ANTARA News)- Untuk mengevakuasi sekitar 500 orang penduduk korban banjir bandang dan tanah longsor yang "terisolir" di Kabupaten Jember, diperlukan alat berat seperti buldozer dan traktor,sementara Pemkab setempat tidak memiliki peralatan tersebut. Untuk Sementara jumlah korban tewas hingga Senin petang (2/1) tercatat 32 orang, 29 diantaranya asal Kecamatan Panti dan masing-masing seorang penduduk Kecamatan Arjasa, Kaliwates dan Kecamatan Tanggul. Bupati Jember MZA Djalal dari lokasi kejadian di Kecamatan Panti kepada ANTARA di Surabaya Senin petang, mengemukakan bahwa 500-an warga belum terevakuasi itu sebagian besar penduduk Dusun Kemiri, Kecamatan Panti. "Lokasi Kemiri di perbukitan cukup menyulitkan, karena sarana jembatan dan jalan menuju kota Kecamatan Panti putus dan rusak berat. Kita kini berupaya membuat jembatan darurat dari bambu yang minimal bisa dilalui orang," ucapnya, menegaskan. Karena itu, Djalal yang mantan Pimpro SSC (Surabaya Sport Center) meminta Pemprop Jatim mengirim berbagai alat-alat berat, sebab Jember tidak memiliki alat itu seperti buldozer, traktor dan eskavator. Mengenai kekhawatiran korban bencana yang kini berada di empat lokasi pengungsian atas keberadaan harta benda yang ditinggalkannya, Djalal menuturkan bahwa pihaknya sudah meminta aparat Kepolisian dan jajaran TNI Kodim setempat untuk ikut menjaga keamanan lokasi kejadian. "Kita mengutamakan dulu keselamatan jiwa. Kini yang penting jiwa warga korban dulu terselamatkan, masalah lainnya baru menyusul. Warga nggak perlu kuatir," ucapnya. Djalal menjelaskan, pihaknya kini sudah mendirikan empat dapur umum dengan pasokan sembako untuk beberapa hari. Jumlah pengungsi saat ini tercatat sekitar 800 an, karena sebagian korban lainnya banyak yang mengungsi ke rumah saudara masing-masing. Ia mengakui bahwa Menkes, Ny Siti Fadillah Sufari telah menghubungi dirinya melalui telepon, dan menanyakan kejadiannya serta apa saja yang diperlukan korban banjir badang dan tanah longsor di Jember. Tentang kerugian ditimbulkan, Djalal menyatakan hingga kini belum bisa dihitung, namun diperkirakan puluhan miliar rupiah. Sementara itu, jumlah korban tewas yang belum diketahui identitasnya dan dievakuasi ke RSUD Dr Soebandi Jember, bertambah satu menjadi 17 jenazah, dan dari jumlah itu baru tiga jenazah berhasil diidentifikasi, yaitu Ny Nur/Sarjuni warga Dusun Keputran, Pak Rif dari Kemiri dan Pak Liman dari dusun Kedaton, Kecamatan Panti. "Hingga kini baru tiga jenazah yang berhasil kami identifikasi, 14 lainnya masih belum," ungkap Drg Ariif, Humas RSUD Dr Soebandi. Ia menjelaskan, pihaknya kini terus berupaya mengidentifikasi 14 jenazah lainnya, dengan mengerahkan tujuh dokter spesialis dan seorang dokter umum serta puluhan tenaga paramedis.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006