Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, Indonesia berhasil membuktikan demokrasi dan Islam bisa berjalan dengan baik, dan keduanya bukan merupakan dua kutub yang saling berlawanan.

Hal itu dikatakan oleh Marzuki saat menyampaikan pidato resminya di Gedung Parlemen Irak, yang disaksikan ratusan anggota parlemen Irak.

"Indonesia memiliki space untuk membuktikan bahwa Islam, demokrasi dan modernitas dapat sejalan secara harmonis," kata Marzuki melalui email yang diterima oleh antaranews.com, Jakarta, Kamis.

Menurutnya, kesadaran ini juga terjadi di Indonesia sejak tahun 1998 yang dikenal dengan masa reformasi. Sejak tahun itulah Indonesia diakui sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia sekaligus sebagai parlemen negara muslim terbesar di dunia yang dilahirkan melalui proses yang sangat demokratis.

Proses demokratisasi, lanjutnya, dapat terwujud dengan dilakukannya perubahan konstitusi, diselenggarakannya pemilihan umum secara langsung dan terbentuknya lembaga baru sebagai penyeimbang yaitu Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Komisi Yudisial.

"Hal ini membuktikan bahwa Islam dan demokrasi bisa berjalan bersama sesuai dengan kehendak bangsa yang berlatar belakang budaya berbeda-beda. Indonesia telah membuktikan bahwa perbedaan yang ada tidak menghalangi persatuan untuk menciptakan demokrasi," tambahnya.

Pada pemilihan umum tahun 1999, saat awal proses demokratisasi, Indonesia memiliki 48 partai yang menjadi peserta pemilu. Kemudian, pada pemilihan umum tahun 2004 ada 24 partai yang ikut dalam pemilu. Dan pada pemilihan umum tahun 2009 ada 34 partai. Selain banyaknya partai yang ikut dalam pemilihan umum, Indonesia yang berpenduduk sekitar 237 juta orang juga terbagi berdasarkan 33 provinsi yang terdiri dari berbagai etnis, suku dan agama.

"Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia memandang bahwa keragaman tidak seharusnya menyebabkan perpecahan dan pertikaian. Sebaliknya, keragaman ini sejatinya memberikan pengayaan dalam proses demokratisasi. Cara pandang inilah yang dianut oleh bangsa Indonesia, karena perpecahan hanya akan menghilangkan kekuatan,"jelasnya.

Dalam pidatonya, mantan Sekjen Partai Demokrat tersebut menyampaikan harapannya terhadap demokrasi yang berlangsung di kawasan Timur Tengah.

"Perkembangan demokratisasi yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, seperti Sudan, Palestina, Tunisia, Mesir, Yaman, Bahrain, Libiya, dan Suriah memberikan gambaran tumbuhnya kesadaran berdemokrasi di negara-negara muslim dan akan berujung pada realisasi harapan dari rakyat yang sekaligus menguatkan negara masing-masing," kata dia.

Marzuki juga mengharapkan proses demokratisasi di Irak dapat berlangsung secara damai dengan menghindari cara-cara kekerasan yang hanya akan menuju kepada kehancuran.

"Dalam demokrasi, hal yang paling utama perlu diperhatikan adalah tujuan dasar demokrasi itu sendiri yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat dan kedaulatan negara, sehingga rakyat tidak perlu melakukan aksi terorisme sebagai upaya penyampaian aspirasi. Karena agama Islam secara tegas menafikan cara-cara kekerasan tersebut. Islam sendiri sebagai pembawa kedamaian dan rahmat (kasih dan sayang) bagi seluruh umat manusia," terangnya.
(zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011