Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat mengimbau warga di kota itu agar tetap tenang dan tidak panik terhadap potensi tsunami dampak gempa bumi dengan magnitudo 7,5 di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Selasa, mengatakan potensi tsunami sampai ke wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), sesuai rilis BMKG tentang peringatan dini tsunami untuk wilayah Maluku, NTB, NTT, Sulsel, dan Sultra.

"Beberapa daerah itu diminta siaga. Tapi, kita berharap tidak ke Kota Mataram dan NTB secara umum," katanya.

Baca juga: BMKG akhiri peringatan dini tsunami akibat gempa di Laut Flores

Berdasarkan informasi BMKG, gempa dengan magnitudo 7,5 di NTT terjadi Selasa (14/12) pada pukul 10.20.11 WIB, lokasi:7.59 LS, 122.26 BT (112 km Barat Laut Larantuka-NTT) dengan kedalaman 12 kilometer.

"Tapi Alhamdulillah, getarannya tidak terasa sampai Kota Mataram," katanya.

Oleh karena itu, kata Mahfuddin, masyarakat harus tetap tenang dan jangan panik, sehingga ketika terjadi hal-hal di luar prediksi, masyarakat bisa mempersiapkan diri untuk penyelamatan.

Dia mengakui masyarakat di Kota Mataram hingga saat ini masih ada yang trauma dengan bencana gempa bumi pada Agustus 2018, sebab rasa takut saat menyelamatkan diri dan harus berada di lokasi pengungsian masih menyelimuti mereka.

Mahfuddin mengatakan menara pendeteksi tsunami yang berada di pinggir Pantai Penghulu Agung, Kota Mataram sejauh ini masih berfungsi dengan baik.

Sebab, setiap satu bulan, yakni pada tanggal 26 menara pendeteksi tsunami tersebut diaktivasi atau diujicobakan. Masyarakat di sekitarnya juga sudah paham dengan kondisi tersebut.

"Ketika ada indikasi tsunami, alat di menara akan bunyi dan suaranya bisa terdengar sampai radius satu kilometer ke arah kiri, kanan, depan dan belakang," katanya.

Baca juga: Puluhan ribu warga Sikka tinggalkan rumah hindari tsunami

Baca juga: Terjadi 15 gempa bumi susulan setelah magnitudo 7,5 di Laut Flores

Pewarta: Nirkomala
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021