Jakarta (ANTARA News) - Alassane Ouattara dilantik sebagai presiden Pantai Gading pada Sabtu waktu setempat, dan ia mengharapkan persatuan kembali setelah krisis berdarah yang dipicu penolakan pendahulunya mengakui kekalahan pemilu.

"Waktunya telah tiba untuk memperbarui nilai-nilai pendirian Pantai Gading kita yang indah, dan untuk menyatukan kembali Pantai Gading," katanya pada upacara yang dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-moon, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, dan pemimpin-pemimpin Afrika.

"Mari kita rayakan perdamaian, tanpa itu tidak akan bisa ada pembangunan," kata Ouattara (69) dalam pelantikan--sekitar empat minggu setelah Laurent Gbagbo ditangkap karena menolak menyerahkan kekuasaan menyusul pemilu November tahun lalu.

Konflik berbulan-bulan telah menghadapkan Ouattara melawan Gbagbo, penguasa yang menolak meninggalkan kantornya setelah saingannya dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden.

Hampir 3.000 orang tewas dalam kekerasan, dan menurut pemerintahan baru, puluhan ribu orang melarikan diri ke negara tetangga, kata laporan AFP.

Gbagbo ditangkap di sebuah bunker bawah tanah di Abidjan pada 11 April lalu oleh pasukan yang setia kepada Ouattara, yang didukung oleh Prancis dan PBB.

"Hari ini merupakan momentum bersejarah bagi kami," kata Ouattara mengutarakan apa yang disebutnya sebagai "kemenangan demokrasi".

Utusan Uni Afrika dan Dewan Keamanan PBB, yang bertemu di Addis Ababa, juga menyampaikan selamat atas pelantikan Ouattara melalui satu pernyataan.

Ouattara secara khusus memuji Prancis,"dengan siapa Pantai Gading berbagi hubungan sejarah dan visi bersama tentang masa depan," katanya.

"Mister Presiden Sarkozy, rakyat Pantai Gading berterima kasih," kata Ouattara yang juga berterima kasih kepada PBB dan disambut tepuk tangan keras.

Sarkozy, satu-satunya kepala negara Barat yang hadir, menawarkan dukungan penuh untuk rekannya Ouattara.

Beberapa jam kemudian Sarkozy mengunjungi sebuah pangkalan militer Prancis di bagian selatan Abidjan, demikian menurut AFP.

(S026/B010)

Penerjemah: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011