TubanPetro berkomitmen penuh untuk mengelola proyek kilang aromatik guna menurunkan impor produk turunan petrokimia
Jakarta (ANTARA) - Pembenahan (revamping) aromatik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), akan menjadi jawaban atas persoalan masih tingginya impor bahan petrokimia dan menjadi salah satu ganjalan bagi neraca perdagangan Indonesia.

Melalui proyek revamping TPPI tersebut, maka impor produk turunan petrokimia diharapkan akan turun.

"TubanPetro berkomitmen penuh untuk mengelola proyek kilang aromatik guna menurunkan impor produk turunan petrokimia," kata Direktur Utama PT Tuban Petrochemical Industries Sukriyanto lewat keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, melalui proyek revamping aromatik, TPPI, anak usaha PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro), akan mampu meningkatkan kapasitas produksi paraksilen dari 600 ribu menjadi 780 ribu ton setiap tahunnya dan juga meningkatkan kapasitas produksi benzena dari 440 ribu menjadi 500 ribu ton per tahun.

Pada 20 Desember 2021, TPPI telah menyelesaikan outside battery limit (OSBL) proyek revamping aromatik berupa lima unit tangki yang berfungsi tidak hanya untuk mendukung keseluruhan proyek revamping aromatik, namun juga dapat meningkatkan fleksibilitas operasional kilang TPPI.

Penyelesaian OSBL itu termasuk pembangunan lima unit tangki, lengkap dengan sistem perpipaan, kelistrikan, instrumentasi, dan keamanan.

Pembangunan OSBL yang telah selesai dan dikomisioning terdiri atas tiga tangki kapasitas 40.000 kiloliter, satu tangki kapasitas 38.000 kiloliter, dan satu tangki kapasitas 15.200 kiloliter. Semuanya sudah mulai digunakan dalam operasi kilang TPPI sejak 18 Desember 2021.

Revamping kilang TPPI adalah salah satu tonggak sejarah penting dari serangkaian langkah-langkah yang disepakati dalam perjanjian antara Menteri Keuangan dan PT Pertamina (Persero) pada Agustus 2018, dalam rangka pengembangan industri petrokimia nasional.

Pengembangan dari kilang TPPI dibagi menjadi dua bagian utama. Pertama, proyek revamping TPPI guna memaksimalkan produksi paraksilen.

Kemudian, proyek olefin TPPI yang mana dalam rancangannya mengintegrasikan kebutuhan kilang olefin dari kilang TPPI existing dengan kilang-kilang Pertamina yang ada. Dengan demikian, dapat meningkatkan keekonomian proyek dan juga kilang TPPI.

Perluasan kapasitas produksi di usaha TubanPetro yang lain, yakni Polytama Propindo, juga pararel dilakukan. Polytama telah menunjuk Basell Poliolefine Italia S.r.l (LyondellBasell) sebagai penyedia lisensi teknologi proses polipropilen yaitu Spheripol®️ untuk Proyek Polipropilena Balongan (Proyek PP Balongan).

Sukriyanto menyampaikan, Polytama sebagai salah satu produsen resin polipropilen terbesar di Indonesia akan memulai proyek PP Balongan sebagai upaya penambahan kapasitas produksi resin polipropilen dalam negeri.

Proyek polipropilen Balongan ini adalah proyek pembangunan plant polipropilen kedua Polytama dengan kapasitas terpasang sebesar 300 juta ton per tahun (MTPA).

"Perluasan kapasitas produksi Polytama juga sejalan dengan harapan Presiden RI Joko Widodo terkait optimalisasi industri petrokimia di Tanah Air untuk menekan kebutuhan impor petrokimia dalam negeri," ucap Sukriyanto.

Teknologi proses polipropilena Spheripol®️ dari LyondellBasell selain merupakan pemain global terbesar dipilih dalam proyek ini dengan beberapa pertimbangan antara lain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik Indonesia yang berkembang pesat, juga merupakan salah satu teknologi proses terbaik yang cocok dan sesuai dengan target spesifikasi dan kualitas dari pasar yang ditargetkan Polytama.

Teknologi Spheripol adalah teknologi proses polipropilen terkemuka dengan kapasitas berlisensi lebih dari 30 juta ton. Teknologi Spheripol generasi kelima terbaru mencakup peningkatan proses yang semakin memaksimalkan efisiensi operasional. Plant akan mulai beroperasi menggunakan katalis Avant ZN.

Pemegang lisensi baru dapat memanfaatkan keahlian in-house LyondellBasell dalam peningkatan produksi berkelanjutan, pengembangan produk berkelanjutan, dan pengetahuan katalis, dengan secara opsional bergabung dengan program Layanan Teknis dari LyondellBasell.

Presiden Direktur Polytama Didik Susilo menyampaikan, tahapan selanjutnya akan dilanjutkan dengan fase engineering dan diperkirakan akan memulai pekerjaan konstruksi pada kuartal III 2022 dengan target komisioning pada kuartal III 2024.

Teknologi proses tersebut akan digunakan untuk tambahan 300 KTA Plant polypropylene yang akan dibangun di Balongan, Jawa Barat, Indonesia, yang diharapkan dapat selesai pada 2024.

Djoko Priyono selaku Chief Executive Officer PT Kilang Pertamina Internasional memberikan dukungan penuh, khususnya kepada PT Polytama Propindo atas kerja sama yang telah terjalin untuk membangun Plant Propylene Project yang terintegrasi di Balongan atas kolaborasi dengan pihak LyondellBasell.

Baca juga: Pengamat nilai proyek olefin TPPI di Tuban sesuai prosedur
Baca juga: Komisi VII DPR RI dukung Proyek Revamping Aromatic dan New Olefin TPPI
Baca juga: Menperin turun langsung pastikan progres proyek "revamping" TPPI Tuban


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021