Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nazaruddin Umar mengatakan, pendiri Nadhlatul Ulama, KH Abdul Wahid Hasyim telah menanamkan nilai-nilai kebangsaan.

Nazaruddin Umar mengemukakan hal itu usai menghadiri Tabliq Akbar Peringatan Satu Abad Kelahiran Abdul Wahid Hasyim di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Kamis.

"Wahid Hasyim telah meletakkan dasar integritas membangun negara yang berideologi kebangsaan, bukan agama.
Pancasila itu sudah Islam, Islam yang berkeindonesia sudah Jadi gagasannya," kata Nazarudddin Umar.

Wahid Hasyim, katanya, merupakan tokoh multidimensi yang mampu melahirkan dan meletakkan dasar-dasar pembangunan bagi bangsa ini bersama Sukarno, M Hatta, Syahrir dan lain sebagainya.

"Beliau adalah tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, politisi, pemikir dan memiliki kepribadian luar biasa. Kita akan bangkitkan spririt beliau, menularkan prestasi beliau kepada seluruh masyarakat," kata Nazaruddin.

Di mata Nazaruddin, Wahid Hasyim merupakan seorang anak manusia yang memiliki kemampuan luar biasa karena bisa disejajarkan dengan tokoh lain dalam usia yang kurang dari 40 tahun.

Ia, lanjut Nazaruddin, keteladanan ayah KH Abdurrahman Wahid juga diberikan kepada keluarganya, dimana anak cucunya merupakan tokoh-tokoh besar bangsa ini.

"Keteladanan Wahid Hasyim diwariskan terhadap keluarganya. Anak cucunya banyak yang berhasil dan pernah memegang posisi kunci di negeri ini. Keluarga Hasyim akan jadi salah satu bagian tak terpisahkan dari negeri ini," kata Nazaruddin.

 Mantan Menteri Agama Mahfuh Basyuni mengatakan, adanya Kementerian Agama merupakan hasil pemikiran dari Wahid Hasyim.

"Kemenag adalah jembatan untuk menghubungkan kaum demokrat dan agama, menyatukan perbedaan umat di tanah air," kata Maftuh.

Sementara itu, putri KH Abdul Wahid Hasyim, Aisyah Hamid Baidlowi Wahid mengatakan, pemikiran dan ide-ide dari mantan Menteri Agama itu masih relevan untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.

"Bahkan perlu dicontoh dan menggali pemikirannya secara mendalam. Tokoh-tokoh sekarang ini perlu bercermin pada keteladanan beliau sebab saat ini lebih bersifat nafsi-nafsi (sendiri-sendiri), tidak berpikir kedepan. Tokoh-tokoh sekarang perlu belajar," kata Aisyah

Sebagai contoh, kata dia, keberadaan Pondok Pesantren sekarang ini mampu menjadi benteng pertahanan yang ampuh terhadap imperialisme budaya yang begitu kuat menghegemoni kehidupan masyarakat khususnya di perkotaan.

"Pesantren tetap menjadi pelabuhan bagi generasi muda agar tidak terseret dalam arus modernisme yang menjebak dalam kehampaan spritual," kata Aisyah.

Ia menambahkan, tokoh-tokoh bangsa saat ini banyak yang tidak menjalankan ide dan gagasan yang telah diletakkan oleh KH Wahid Hasyim.

"Beliau adalah salah satu pengagas Pancasila namun saat ini Pancasila sendiri tak dijalankan dengan baik, tidak menjadikan Pancasila sebagai pedoman. Saya prihatin karena sebagai penggagas Pancasila, banyak yang tidak dijalankan," ujarnya.

Tabliq Akbar Satu Abad Kelahiran KH Abdul Wahid Hasyim di Mesjid At-Tin dihadiri ribuan umat Muslim se-Jabodetabek.

Peringatan Satu Abad Kelahiran KH Abdul Wahid Hasyim tersebut juga dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dua orang mantan Menteri Agama Maftuh Basyuni dan Tolhah Hasan, Dirjen Binmas Kementerian Agama Nazaruddin Umar, istri KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, Shinta Nuriyah, Aisyah Hamid Baidlowi, Umar Wahid, Solahuddin Wahid atau Gus Solah, Lily Wahid.(*)
(Zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011