Dalam mengendalikan hama dan penyakit di areal kebun, kami lebih banyak mengunakan predator alami, selain lebih efektif juga tidak merusak lingkungan.
Pekanbaru (ANTARA News) - Burung hantu (Tyto alba) dimanfaatkan perusahaan perkebunan sawit yang beroperasi di Riau sebagai predator alami pembasmi hama tikus.

"Membasmi hama tikus lebih efektif mengandalkan burung hantu," kata Asisten Kepala Kebun Topaz PT Tunggal Yunus Estate Asian Agri Group, Pandapotan Sitompul saat ditemui di areal perkebunan sawit perusahaan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu.

Menurut dia, untuk membasmi hama tikus pihaknya sengaja memelihara burung hantu dengan menyiapkan kandang-kandang pada lokasi kebun tertentu. Kandang yang disediakan itu sebagai rumah bagi predator alami tikus itu.

Dijelaskannya, kandang burung hantu dibuat senyaman mungkin berada diatas ketinggian lebih dari lima meter. Kandang yang terbuat dari drum plastik itu ditancapkan dengan sebatang tonggak kayu, pada bagian bawah tonggak dilapisi seng agar ular yang merupakan predator burung hantu tidak dapat menjangkau kandang.

Ia mengatakan, dari luas kebun 4.022 hektare pihaknya menyiapkan kandang burung hantu tiap 20 hektar luas kebun. Biasanya, setelah sepekan kandang dibangun ada burung hantu yang singgah dan bersarang di sarang buatan itu.

Menurut dia, dari hasil sensus pengendalian hama dan penyakit di areal perkebunan Topaz itu, saat ini terdapat sekitar 160 burung hantu yang menghuni kandang-kandang buatan di perkebunan tersebut.

"Bahkan, ada kandang yang telah pula di isi penghuni baru burung hantu yakni anak-anak mereka. Biasanya burung hantu beranak 2-3 ekor. Anak burung hantu tetap kami pelihara di kandang bersama induknya," ujar Sitompul seraya menunjukkan dua ekor anak burung hantu yang baru berumur beberapa hari.

Kedua ekor anak burung hantu itu terlihat belum ditumbuhi bulu lebat namun mata hitamnya yang besar terlihat jelas dan tajam.

"Jika siang hari, biasanya induk burung pergi, yang tinggal dikandang anak-anaknya," ungkap Sitompul.

Selain mengandalkan burung hantu dalam membasmi hama bagi tanaman sawitnya, pihaknya juga mengembangbiakkan predator alami lainnya untuk memangsa hama yang menyantap bunga dan daun sawit. Hama ulat api (Casmoletes sp) berbentuk seperti serangga berwarna jingga dapat dibasmi dengan predator alami ulat api Sycanus leucomesus sejenis kumbang.

Ia mengatakan, di areal perkebunannya pihakanya sengaja menanam tumbuhan bunga lias jenis Casia cobanesis yang merupakan tanaman perdu tempat berkembang biaknya predator ulat api.

"Dalam mengendalikan hama dan penyakit di areal kebun, kami lebih banyak mengunakan predator alami, selain lebih efektif juga tidak merusak lingkungan," katanya.

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011