"Kami memulai negosiasi dengan Suriah dan pada akhirnya kami mampu menghasilkan sebuah kesepakatan yang bakal mengakhiri konflik antara kami dan Suriah," kata Olmert dalam satu pidato.
Olmert pernah membuka pintu negosiasi dengan Damaskus dibawah mediasi Turki tahun lalu sebelum kemudian terpaksa mundur karena skandal korupsi.
Para kandidat pengganti Olmert setelah Pemilu 10 Februari 2009 --Menteri Luar Negeri berkubu tengah Tzipi Livni dan pemimpin oposisi sayap kanan Benjamin Netanyahu-- selalu bungkam dalam soal pembicaraan dengan Suriah itu.
Tuntutan utama Suriah dalam setiap kesepakatan adalah pengembalian Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Perang 1967 dan kemudian dianeksasi namun tidak pernah diakui dunia internasional.
Sementara Israel menginginkan Suriah menjauhi Iran, milisi Hizbullah Lebanon dan Hamas di wilayah Palestina, sebuah tuntutan yang ditolak Damaskus.
"Mereka (Suriah) punya banyak keinginan, banyak harapan yang kadang-kadang sangat tidak realistis, namun mereka juga tahu adalah lebih baik berdamai dengan Israel ketimbang memerangi Israel," kata Olmert dalam sambutannya di depan delegasi Yahudi seluruh dunia.
Israel melancarkan ofensif 22 hari ke Jalur Gaza bulan lalu untuk menghadang serangan roket Hamas, yang menewaskan 1.300 orang yang kebanyakan warga sipil, sementara Israel sendiri kehilangan 13 orang.
Pembantaian besar-besaran Israel membangkitkan protes internasional dan mendorong Presiden Suriah Bashar al-Assad menghentikan pembicaraan tidak langsung dengan Israel dan menyeru negara-negara Arab lain memutuskan hubungan dengan Negara Yahudi itu.
Namun Suriah yang berharap bisa menjalin hubungan dengan AS dibawah Presiden Barack Obama tidak pernah mengesampingkan pengupayaan negosiasi damai dengan Israel.
Olmert mengatakan bahwa Perang Gaza telah mengingatkan musuh-musuh Israel pada kekuatan militer Israel sehingga mempercepat dicapainya kesepakatan damai secara menyeluruh.
"Kini kami harus mencoba dan berinvestasi demi kemajuan berdasarkan prinsip itu, pada prinsip kekuatan Israel, berbasis keyakinan diri yang dimiliki Israel, dalam upaya mencapai hal yang selalu menjadi impian terbesar orang Yahudi dan rakyat Israel, berdamai dengan semua orang," kata Olmert. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
ha..ha..basi, wong uud 45 aja udah mau diganti sama hukum syahwat eh syariat tuh, bahlul ente.
yg namanya saddam hussein lebih tragis lg, mampusnya dlm keadaan amburadul dia, rasakan kau.
Tuh talliban sialan , mampus mereka dibom amrik, rasain!
bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, maka oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.
yang mendukung yahudi bukan bangsa indonesia
karena tidak mengerti UUD 45, dan sudah pasti ga sekolah, dan ga lulus P4