Riyadh (ANTARA News) - Perempuan Saudi bersiap menentang larangan mengemudi, Jumat ini atau sebulan setelah Manal al-Sharif dipenjara karena menyetir dan memasang gambar aksi pembangkangannya secara online.

Demonstrasi itu adalah puncak dari kampanye online selama dua bulan menunggangi angin yang disebut "Arab spring" (revolusi Arab) yang menyebarkan revolusi massa ke seluruh kawasan Arab dan telah menggulingkan dua rezim.

Tetapi, alih-alih mengorganisir demonstrasi, para perempuan yang memiliki SIM yang mereka peroleh di luar negeri itu diimbau tetap ada di balik kemudi dan menjalankan tugas mereka dengan tenang tanpa mengandalkan sopir pria.   

Laman utama kampanye mereka lewat Facebook, Women2Drive, menjelaskan bahwa aksi itu akan mulai Jumat ini dan tetap berlangsung "hingga dikeluarkan dekrit kerajaan yang membolehkan perempuan mengemudi."           

Kaum perempuan Arab Saudi menghadapi serangkaian pembatasan, mulai dari harus menutup kepala hingga kaki di depan publik dan mensyaratkan pria mendamping perempuan saat bepergian, sampai hanya punya akses terbatas ke pekerjaan karena aturan ketat pemisahan jenis kelamin.        

Pelarangan itu membuat para perempuan harus membayar sopir asing yang gajinya masuk dalam pengeluaran rumah angga mereka. Bila tak mampu menggaji sopir, maka mereka harus mengandalkan anggota keluarga laki-laki mereka untuk mengantar.

"Pihak berwenang Arab Saudi harus berhenti memperlakukan perempuan sebagai warga kelas dua dan membuka jalan-jalan kerajaan bagi pengemudi perempuan," kata Amnesti Internasional yang berbasis di London, seperti dikutip AFP, Kamis.

"Tidak memperbolehkan perempuan berada di balik kemudi di Arab Saudi adalah penghalang besar bagi gerakan kebebasan, dan sungguh membatasi kemampuan wanita dalam beraktivitas sehari-hari padahal mereka sehat, seperti untuk pergi bekerja atau ke supermarket, atau menjemput anak-anak dari sekolah," kata Philip Luther, Wakil Direktur Amnesti Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.   
     
Tidak ada undang-undang yang melarang perempuan mengemudi di kerajaan kaya minyak itu, tapi kementerian dalam negeri memberlakukan peraturan berdasarkan fatwa dengan menetapkan perempuan tidak diijinkan mengemudi.

Demonstrasi massal terakhir melawan pelarangan itu digelar pada November 1990 saat sekelompok perempuan memukau para pria Saudi dengan mengemudi di sekitar Riyadh dalam 15 mobil sebelum kemudian mereka ditahan.

Waktu itu para perempuan tersebut dipancing oleh pandangan tentara perempuan AS yang lagi ambil bagian dalam Perang Teluk pertama untuk mengendarai kendaraan militer di negara mereka sendiri, padahal itu terlarang bagi mereka.        
         
Beberapa di antara mereka dilaporkan mengatakan bahwa karena negara mereka dalam perang setelah pasukan Irak menginvasi negara tetangga, Kuwait, mereka merasa seperti "orang yang mudah diserang" karena mereka tidak bisa mengemudikan kendaraan padahal mereka juga perlu menyelamatkan keluarga mereka.        

Ke-47 perempuan yang ikut dalam protes itu dihukum berat di mana diantaranya ditangguhkan dari pekerjaannya sebagai PNS, sedangkan atasan pria mereka ditegur. Mereka juga menghadapi kampanye fitnah lewat pamflet yang menyebut mereka pelacur.

Belum lama ini, seorang perempuan Saudi yang melanggar larangan itu berusaha menguji aturan itu di depan mereka yang berdemonstrasi. Seketika dia dikenai sanksi keras.  

Manal al-Sharif, seorang ibu berusia 32 tahun, harus berada di balik jeruji selama dua minggu, bulan lalu, karena menentang larangan itu lebih dari satu kali dan memasang sebuah video di internet yang menunjukkan dia mengemudi di sekitar timur provinsi.      

Raja Abdullah diminta oleh 3.345 orang untuk campur tangan demi wanita itu, sementara sekitar 24.000 orang mengungkapkan dukungan di halaman Facebook meminta pembebasannya.          
        
Tindakan Sharif berlaku beberapa hari setelah perempuan Saudi lain, Najla al-Hariri, mengemudi di wilayah barat Jeddah selama beberapa hari sebagai isyarat tuntutannya atas haknya untuk mengemudi.

Enam perempuan lainnya ditahan selama beberapa jam minggu lalu setelah tertangkap belajar mengemudi di jalan kosong di Riyadh utara. Mereka dilepas setelah pengawal pria mereka dipanggil polisi dan menandatangani janji untuk tidak mengemudi.         

"Bila anda ditangkap, jangan takut. Anda hanya akan diminta menandatangani janji," untuk tidak mengemudi, tulis salah satu dari beberapa rekomendasi yang dipasang dalam kampanye di laman Facebook. (*)

Nenny

Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011