Batik yang kami buat semuanya hasil karya tangan langsung bukan mesin. Motifnya juga menarik. Hal itu yang membuat batik ini laku di pasaran.
Tangerang (ANTARA News) - Pelaku Usaha Kecil Menengah di Kota Tangerang Selatan, Banten, yang
memproduksi batik dengan motif Al - Bantani, berhasil menembus pasar internasional.

"Produksi batik dengan motif Al-Bantani yang kami hasilkan, sudah masuk ke pasar internasional di Amerika," kata pengusaha batik asal Pondok Aren, Netty Fariza di Tangerang Kamis.

Dikatakan Netty, batik Al-Bantani yang diproduksinya sudah dikirim ke Amerika sejak tahun 2008. Namun, karena harus adanya izin dan kelengkapan administrasi lainnya, maka Netty terpaksa menjual batik ke luar negeri melalui temannya.

"Setiap enam bulan sekali, ada teman yang pergi ke sana. Maka, saya pun menitip untuk menjualnya. Karena, dengan cara itu tidak dikenakan biaya mahal," katanya.

Tidak hanya Amerika, negara lainnya seperti China, Jepang, Malaysia dan Singapura pun memiliki minat yang besar terhadap hasil produksi batiknya. Biasanya, sebanyak empat kodi potong baju batik, setiap bulannya laku terjual.

Namun, tidak hanya batik Al-Bantani yang dijualnya. Melainkan juga dengan motif lainnya seperti batik Benteng yang merupakan ciri khas Pemkab Tangerang, batik motif Blandongan yang merupakan ciri khas Kota Tangerang Selatan, batik Benteng Surosohan yang merupakan ciri khas daerah Serang.

Tak hanya itu, Netty juga sering membuat motif yang mempadukan antara kedua negera seperti batik motif naga
dengan pohon sakura.

"Bila kita ikut pameran diluar negeri, sering kali batik yang kita bawa disesuaikan dengan motif negara disana," katanya menjelaskan.

Diungkapkan, Netty usaha batik yang dijalankannya dilakukan sejak tahun 1997. Kemudian, memasuki tahun 2011, dirinya memfokuskan untuk membuat batik dengan motif kesenian Banten.

Memasuki tahun 2002, Netty mencoba diri untuk mengikuti pameran batik di luar negeri. Hasilnya, sejumlah istri
menteri tertarik untuk mengenakannya.

Pada tahun 2007, Netty melaporkan hasil batik produksinya ke Pemkab Tangerang. Namun, pemerintah dinilainya
kurang antusias meski banyak sekali penghargaan yang diraih.

"Pemkab hanya meminta dibuatkan motif batik Benteng dan ditetapkan menjadi ciri khas daerah. Setelah itu, tidak ada lagi perhatian seperti pembinaan maupun lainnya," katanya.

Namun, minimnya perhatian tidak membuat Netty berdiam diri. Bahkan, pada tahun 2008, batik buatannya dikenakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara MTQ Nasional di Banten, termasuk tamu luar negeri yang menggenakannya.

Saat ini, Netty memiliki sembilan pekerja tetap dengan 200 pekerja outsourching. Penghasilan yang diraihnya setiap bulan mencapai Rp 50 juta.

"Batik yang kami buat semuanya hasil karya tangan langsung bukan mesin. Motifnya juga menarik. Hal itu yang
membuat batik ini laku di pasaran," katanya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011