Kupang (ANTARA News) - Tim evakuasi korban tanah longsor di Desa Ranaka, Kecamatan Wae Ri`i, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin pagi, menemukan satu jenazah laki-laki usia sekitar 50 tahun di balik timbunan lumpur dan batu.
"Selain mayat laki-laki itu, tim evakuasi juga berhasil mengangkat dua unit sepeda motor yang tertimbun lumpur di sekitar lokasi kejadian," kata Wakil Bupati Manggarai, DR Deno Kamelus SH.MH ketika dihubungi ANTARA melalui telepon genggamnya dari Kupang, Senin.
Deno yang memimpin langsung operasi pencarian mayat dibalik luruhan lumpur batu itu mengatakan, dengan ditemukan seorang mayat laki-laki yang belum diketahui identitasnya itu maka jumlah korban yang tewas tertimbun tanah longsor yang sudah berhasil dievakuasi tercatat enam orang.
Sejak kejadian Minggu (22/1) sore sekitar pukul 16.35 WITA, Wakil Bupati Manggarai tetap berada di lokasi kejadian untuk memimpin langsung operasi pencarian mayat yang tertimbun tanah akibat longsoran sepanjang sekitar 100 meter di Desa Ranaka itu.
Ia menjelaskan, korban yang tertimbun tanah longsor itu umumnya terjebak ketika terjadi longsoran pertama yang hanya mencapai sekitar 15 meter.
Ketika longsor terjadi, semua badan jalan tertutup lumpur sehingga para pengguna jalan yang menggunakan angkutan bus dan angkutan pedesaan (angdes) menuju Borong di Manggarai Timur memilih untuk berjalan kaki menuju angkutan yang ada di seberangnya.
"Saat itulah terjadi longsor susulan yang jauh lebih dahsyat yang mengakibatkan mereka terkubur hidup-hidup pada saat itu," katanya.
Deno menambahkan, setelah ia mengunjungi para pasien yang selamat dari maut itu di RSUD Ruteng di ibukota Kabupaten Manggarai, diperoleh keterangan bahwa jumlah korban yang masih tertimbun tanah longsor sekitar belasan orang.
"Dari hasil wawancara saya dengan para pasien, mereka menyebutkan bahwa jumlah korban yang masih tertimbun tanah longsor sekitar belasan orang. Namun berapa jumlah persisnya, belum kami ketahui karena proses evakuasi masih terus berjalan," kata Deno Kamelus.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006