Jerusalem (ANTARA News/AFP) - Israel telah menyetujui dimulainya pembangunan tempat kontroversial, "Museum of Tolerance", yang akan dibangun di pemakaman kuno Muslim di Jerusalem, kata seorang wanita juru bicara Rabu.

Proyek tersebut, yang dilancarkan oleh pemburu Nazi Simon Wiesenthal Center, menjadi objek pertikaian lama dunia hukum. Pihak Palestina dan sebagian orang Israel yang mendukung mereka menyatakan museum itu akan menodai tempat pemakaman tersebut.

Pengadilan Israel menolak alasan itu, dan menyatakan tempat tersebut "sudah tidak disucikan lagi beberapa dasawarsa lalu", dan proyek itu telah menerima perkenan perencanaan dari pemerintah lokal kendati ada protes.

Pada Selasa (12/7), komite perencanaa wilayah Kementerian Dalam Negeri Israel memberi izin terakhir bagi dimulainya pekerjaan penggalian fondasi museum tersebut, kata wanita juru bicara Kementerian Dalam Negeri Efrat Orbach kepada AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu.

"Izin secara resmi sudah lama diberikan, kemarin apa yang disetujui hanyalah langkah pertama menuju pembangunan itu sendiri," katanya.

"Kemarin adalah langkah ke arah pembangunan, yang berarti mereka memiliki izin untuk memulai penggalian. Sejak kemarin, mereka dapat mulai melakukan penggalian buat proyek tersebut. Tapi proyek itu sendiri sudah disetujui sekitar 10 tahun lalu," katanya.

Pihak Palestina dan Arab-Israel, termasuk sebagian yang nenek-moyang mereka dimakamkan di pemakaman Mamun Allah di Jerusalem, telah menyampaikan kemarahan terhadap rencana untuk membangun museum yang didedikasikan bagi toleransi di tempat pemakaman kuno itu.

Namun Mahkamah Agung Israel pada 2008 memutuskan tempat tersebut tak lagi menjadi kompleks pemakaman, dan menyatakan tak ada keberatan yang diajukan pada 1960, ketika pemerintah kotapraja membuat tempat parkir di sebagian kompleks pemakaman itu.

Para pengacara promotor proyek tersebut, yang didukung oleh pemerintah kota Jerusalem, telah menawarkan untuk memindahkan setiap makam ke satu bagian kompleks pemakaman yang takkan terpengaruh oleh pembangunan itu. Tapi para tokoh Muslim menolak usul itu.

(Uu.C003)

(Uu.SYS/B/C003/B/C003) 13-07-2011 17:46:19

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011