Washington (ANTARA) - Presiden AS Joe Biden dan Raja Salman dari Arab Saudi membahas pasokan energi dan perkembangan di Timur Tengah, termasuk di Iran dan Yaman, selama pembicaraan melalui saluran telepon pada Rabu (9/2/2022).

"Kedua pemimpin berkomitmen untuk memastikan stabilitas pasokan energi global", kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Salman juga berbicara tentang menjaga keseimbangan dan stabilitas di pasar minyak dan menekankan perlunya mempertahankan perjanjian pasokan OPEC+, kata kantor berita negara SPA.

OPEC+ sepakat pekan lalu untuk tetap pada kenaikan moderat dalam produksi minyaknya dengan kelompok itu berjuang untuk memenuhi target yang ada dan waspada dalam menanggapi seruan pada kapasitasnya yang tegang untuk lebih banyak minyak mentah dari konsumen utama guna membatasi lonjakan harga.

Harga minyak mentah global, yang telah reli sekitar 20 persen tahun ini, kemungkinan akan melampaui 100 dolar AS per barel, karena permintaan yang kuat dan pukulan yang lebih lemah dari perkiraan terhadap permintaan dari varian virus corona Omicron, kata para analis.


Baca juga: Arab Saudi, Rusia, AS sambut hasil pertemuan OPEC+

Minyak mentah Brent, patokan internasional ditutup hampir satu persen lebih tinggi menjadi 91,55 dolar AS per barel pada Rabu (9/2/2022).

Harga minyak yang tinggi merupakan risiko bagi pemerintahan Biden menjelang pemilihan kongres pada November di mana rekan-rekan Demokratnya akan mempertahankan mayoritas tipis di Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS.

Pemerintah berusaha menekan harga minyak akhir tahun lalu dengan mengatur penarikan cadangan minyak darurat bersama dengan konsumen besar di Asia, termasuk China, tetapi harga hanya turun sementara.

Minyak juga telah didukung oleh ketegangan di Ukraina karena Rusia telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan minggu ini pemerintah telah berkoordinasi dengan sekutu dan mitra termasuk tentang "cara terbaik untuk berbagi cadangan energi jika Rusia mematikan keran, atau memulai konflik yang mengganggu aliran gas melalui Ukraina." Itu adalah referensi yang jelas untuk potensi penghentian minyak dan gas alam setelah invasi apa pun oleh Moskow.


Baca juga: Rusia dan Saudi "sangat dekat" menuju kesepakatan minyak

Gedung Putih mengatakan bahwa dalam pembicaraan itu, Biden juga mengulangi komitmen Amerika Serikat untuk mendukung Arab Saudi dalam mempertahankan diri terhadap serangan oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran, kata Gedung Putih.

Biden juga memberi tahu Salman tentang pembicaraan internasional untuk "menetapkan kembali batasan pada program nuklir Iran," kata Gedung Putih.

Konflik di Yaman sebagian besar dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Houthi, yang menggulingkan pemerintah dari ibu kota Sanaa pada akhir 2014, mengatakan mereka memerangi sistem yang korup dan agresi asing.

Salman mengatakan kepada Biden bahwa Arab Saudi ingin ada "resolusi politik" di Yaman, kata SPA.


Baca juga: Saudi Aramco akan prioritaskan pasokan energi ke China selama 50 tahun
Baca juga: Arab Saudi undang pakar dunia selidiki serangan minyak

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022