Jakarta (ANTARA News) - Performa mata uang rupiah pada Senin pagi yang diperdagangkan antarbank Jakarta terhadap dolar AS masih melanjutkan penurunan sebesar 15 poin menjadi Rp8.525 dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.510.

Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin mengatakan, reaksi pasar terhadap penurunan peringkat hutang AS yang dilakukan oleh S&P membawa dampak negatif pada perekonomian global.

"Penurunan peringkat S&P terhadap surat utang AS menjadi faktor berlanjutnya sentimen negatif di pasar Asia termasuk di dalam negeri pada hari ini," katanya.

Ia mengatakan, setelah sebelumnya lembaga pemeringkat internasional Moody's dan Fitch mempertahankan peringkat utang AS pada AAA (triple A) dengan outlook negatif, S&P memutuskan menurunkan peringkat utang AS dari AAA menjadi AA+ (double A plus).

"Kenaikan pagu utang tidak lain mencerminkan ketidakmampuan anggaran AS untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo sehingga diperlukan utang baru untuk membayar utang yang lama," kata dia.

Namun, kata dia, mata uang rupiah juga dapat berpotensi menguat pada akhir sesi jika sentimen pasar tidak menggubris penurunan peringkat tersebut karena sudah terantisipasi sebelumnya.

Analis Milenium Danatama Sekuritas Ahmad Riyadi menambahkan, anjloknya saham-saham dalam negeri berimbas negatif pada mata uang lokal yang dipicu oleh Kecemasan di pasar keuangan global menyikapi potensi resesi di AS.

Kondisi itu, lanjut dia, mendorong investor cenderung memegang tunai dolar AS sehingga mata uang Asia cenderung melemah termasuk rupiah.

Ia menambahkan, ditengah anjloknya mata uang dunia terhadap dolar AS, nilai Emas mengalami penguatan seiring pelaku pasar memburu logam mulia itu sebagai aset "safe haven" di tengah memburuknya pasar keuangan global.

"Investor cemas AS akan alami resesi kembali dan krisis utang zona euro terus menyebar ke negara besar seperti Italia dan Spanyol," kata dia.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011