Kurs nilai mata uang rupiah antarbank Kamis sore di Jakarta melemah sebesar 10 poin terhadap dolar AS menjadi 8.530 dibanding posisi sebelumnya senilai 8.520 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Saudara Rully Nova mengatakan, mata uang Asia kembali terkoreksi dipicu oleh investor yang masih mengkawatirkan kodisi ekonomi global yang melambat.
"Investor kawatir dengan krisis di AS dan negara-negara Eropa akan memberi dampak pada melambatnya pertumbuhan di negara sekitar," kata dia.
Ia menambahkan, dengan adanya kekawatiran itu mendorong pelaku pasar menempatkan asetnya dalam bentuk dolar AS yang dianggap sebagai mata uang "safe haven" untuk menjaga nilainya.
"Kondisi yang masih dianggap mengkawatirkan bagi sebagian investor memicu dolar AS menguat karena mata uang itu dianggap dapat menjaga nilai asetnya," ujar dia.
Meski demikian, kata Rully, kisaran pergerakkan rupiah tidak akan tertekan lebih dalam lagi masih berada di level 8.500.
"Fundamental kita kuat, rupiah tidak akan terkoreksi lebih dalam karena tren rupiah masih berada dalam area positif," kata dia.
Pengamat valas dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, penguatan mata uang rupiah pada perdagangan hari sebelumnya tampaknya belum menunjukkan tanda kestabilan sehingga hari ini rupiah terkoreksi terhadap dolar meski tipis.
"Pelemahan rupiah terhadap dolar AS pekan ini hanya bersifat sementara, kondisi perekonomian dalam negeri yang masih positif akan memicu rupiah kembali menguat," kata dia.
Sementara, kurs tengah Bank Indonesia tercatat mata uang rupiah mengalami penguatan menjadi 8.545 dibanding posisi sebelumnya di posisi 8.530.
(KR-ZMF/S006)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011