Beijing (ANTARA) - Setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing berakhir, histeria untuk memperoleh Bing Dwen Dwen, maskot panda pesta olahraga empat tahunan tersebut, masih berlanjut. Bahkan, saat ini merambah pasar seni digital yang didukung oleh teknologi blockchain.

Pada Jumat (18/2), perusahaan gim ponsel nWayPlay yang berbasis di San Francisco meluncurkan batch kedua dari 200 paket Legendary Box yang berisi pin digital ke beberapa Non Fungible Token (NFT) yang menampilkan gambar sang maskot. NFT bertema panda mendapat izin dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).

NFT adalah unit data yang tidak dapat dipertukarkan yang disimpan di blockchain untuk menawarkan sertifikat keaslian atau kepemilikan karya seni digital kepada publik. Teknologi blockchain menampilkan catatan data yang tidak dapat diubah yang dapat digunakan dan dibagikan dalam jaringan terdesentralisasi dan dapat diakses publik.

Setiap Legendary Box secara resmi dihargai 349 dolar AS (sekitar Rp5 juta), jauh lebih mahal dibandingkan boneka mainan figurine, yang dijual sekitar 30 dolar. Namun, pin digital tersebut terjual habis hanya dalam waktu tiga hari setelah diluncurkan.

"Bing Dwen Dwen adalah seekor panda, hewan khas China, yang mengenakan setelan es di sekujur tubuh ... melambangkan kekuatan fisik dan mental para atlet Olimpiade," demikian bunyi deskripsi itu.

"Saya melewatkan box drop Beijing Epic, jadi saya senang mendapatkan kesempatan di Legendary Box," cuit @TimMount.

Menurut pasar daring nWayPlay, seorang penawar pada Jumat membayar 996 dolar (sekitar Rp14,3 juta) untuk varian Seluncur Cepat Lintasan Pendek NFT.

Pada 12 Februari, nWayPlay menguji pasar dengan meluncurkan batch pertama sebanyak 500 buah, yang diberi nama Epic Box dan dihargai 99 dolar. Seluruhnya langsung terjual habis, dengan satu penawar membayar 1.888 dolar (sekitar Rp27,1 juta), menurut catatan perdagangan.

Kegilaan terhadap maskot olahraga musim dingin itu dalam bentuk digital muncul di tengah hiruk-pikuk belanja untuk versi fisiknya. Para penggemar rela mengantre panjang selama berjam-jam di depan toko-toko resmi di China.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022