Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto mengatakan saat ini produk dari lulusan SMK sudah bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
 

"Itu levelnya sudah legenda. Benar-benar menginspirasi produk SMK. Kalau level Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Mas Arfian (Pendiri perusahaan Dtech) ini levelnya sudah S3," ujar Wikan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Perusahaan besutan lulusan SMK yakni PT Dtech Inovasi Indonesia, memproduksi mesin Computer Numerical Control (CNC) Milling 3 Axis Supermill. Perusahaan itu menjadi pelopor pembuat mesin perkakas produksi yang mempunyai nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di atas 40 persen.

Baca juga: Kemendikbudristek libatkan siswa SMK dalam perakitan laptop PDN

Baca juga: Siswa SMK kembangkan sensor antirokok sekolah

 

Selain memiliki kandungan di atas 40 persen tersebut, mesin CNC tersebut juga telah memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh PT Surveyor Indonesia sejak 24 September 2021 dengan nilai TKDN mencapai 40,91 persen. Dengan nilai kandungan tersebut, maka produk tersebut dianggap telah memenuhi syarat untuk bersaing di pasaran. Khususnya, dalam sektor pengadaan barang dan jasa yang dilakukan pemerintah, BUMN, BUMD maupun swasta.
 

“Dengan lolosnya syarat TKDN minimal pada CNC tersebut diharapkan turut mengurangi ‘keran’ impor industri yang selama ini tergantung pada mesin buatan negara lain. Selain itu, pembuatan mesin CNC tersebut juga melibatkan tenaga kerja yang berasal dari SMK sekitarnya,” katanya.

Wikan mengusulkan agar Dtech menjadi salah satu perusahaan rujukan bagi tempat magang mahasiswa vokasi berbasis proyek yang menjadi salah satu program dari Kampus Merdeka Vokasi.

Pendiri perusahaan Dtech, Arfian Fuadi menuturkan bahwa cita-cita yang dibangun perusahaannya adalah untuk dapat mengangkat semangat anak bangsa dalam menciptakan inovasi.

“Meski mulanya perusahaan murni melayani pesanan dari luar negeri, namun mulai tahun 2018 kami lebih menaruh perhatian kepada Indonesia. Kami ingin berbuat sesuatu untuk Indonesia,” ujar lulusan SMKN 7 Semarang tahun 2005 itu.

Arfian menambahkan, setiap tahun perusahaannya juga melatih kurang lebih 500 orang yang terdiri dari guru dan peserta didik secara gratis.

Baca juga: Mendikbudristek ingin industri jadikan SMK laboratorium inovasi

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022