Jalan buatan Uni Soviet dari 1960 itu belum pernah rusak parah sampai sekarang. Dibandingkan dengan pembangunan jalan darat oleh negara lain...
Palangka Raya (ANTARA News) - Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Rakyat (Perak) Kalimantan Tengah, Tjiwie Sjamsuddin, meminta polemik pembangunan kereta api di Kalimantan harus dihentikan.

"Saya menganggap mereka yang menolak pembangunan kereta api di Pulau Kalimantan adalah, menolak kemajuan teknologi modern transportasi darat," katanya, di Palangka Raya, Sabtu.

Dia memberi contoh Rusia yang maju perkeretaapiannya dan tidak berkembang menjadi polemik. Teknologi dan kualitas proyek Rusia tidak mengecewakan dalam pembangunan transpotasi darat.

Pada 1960, Uni Soviet membangun ruas jalan Palangka Raya-Tangkiling dengan kualitas baik yang diberi nama Projakal atau proyek jalan Kalimantan.

"Jalan buatan Uni Soviet dari 1960 itu belum pernah rusak parah sampai sekarang.  Dibandingkan dengan pembangunan jalan darat oleh negara lain?," katanya.

Diutarakannya, bahkan pembangunan jalan yang dikerjakan kontraktor dalam negeri atau lokal ada yang belum setahun usianya sudah ada yang rusak berat, dan ini fakta yang terjadi di depan mata.

Menurut dia, pembangunan rel kereta api di Kalimantan bisa dipadukan antara perencanaan pusat dan perencanaan daerah, karena perpaduan ini tidak ada salahnya. Ini dalam upaya bersama-sama membangun Kalimantan.

Sebelumnya, Gubernur Kalteng, Agustin Teras Narang, menolak rencana pembangunan kereta api yang dilakukan pemerintah Rusia untuk jalur Kalimantan Tengah-Kalimantan Timur, berjarak 135 kilometer.

Penolakan itu, jelas Teras, karena sebelumnya pemerintah daerah di Kalimantan telah sepakat terlebih dulu membangun kereta api di daerahnya masing-masing, setelah itu baru dilakukan antara provinsi. (*)



Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011