Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dalam waktu dekat siap mengekspor ikan lele dalam bentuk fillet (irisan daging) terutama ke kawasan Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang permintaannya sangat tinggi. Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, Sabtu, menyatakan, saat ini beberapa negara seperti Thailand, Vietnam dan Cina telah menjadi eksportir lele ke AS maupun Eropa padahal potensi produksi Indonesia lebih tinggi dibanding ketiga negara tersebut. "Oleh karena itu, dengan potensi budidaya lele yang tinggi Indonesia akan menerobos pasar ekspor untuk kedua kawasan tersebut," katanya di sela peninjauan budidaya lele di Desa Logendeng, Kecamatan Playen, Gunung Kidul. Menurut dia, potensi perikanan budidaya secara nasonal diperkirakan sebesar 15,59 juta hektar (ha) yang terdiri potensi air tawar 2,23 juta ha, air payau 1,22 juta ha dan budidaya laut 12,14 juta ha. Sedangkan pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing baru 10,1 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen pada budidaya air payau dan 0,01 persen untuk budidaya laut sehingga secara nasional produksi perikanan budidaya baru mencapai 1,48 juta ton. Dikatakannya, salah satu langkah yang ditempuh dalam pengembangan ikan air tawar yakni pengembangan budidaya lele karena jenis ikan tersebut memiliki sejumlah keunggulan seperti mudah dibudidayakan, memiliki pertumbuhan yang cepat, tahan penyakit dan teknologi budidaya relatif mudah serta modal usaha yang rendah dan pemasaran mudah. Sementara itu Dirjen Perikanan Budidaya, Made L Nurjana menyatakan, pengembangan budidaya lele secara nasional pada 2009 sasaran produksi diharapkan mencapai 172 ribu ton atau naik dari 2005 yang hanya sebanyak 79.020 ton sedangkan untuk provinsi DIY diharapkan mampu mencapai 9.000 ton atau naik 130 ton dibanding produksi tahun lalu sebesar 3.860 ton. Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan ekspor lele tersebut diperoleh dari sentra-sentra produksi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, Sumatera Selatan, Riau dan Jambi. Untuk menjadi eksportir ikan lele terbesar di dunia, tambahnya, Indonesia harus mampu menyamai Vietnam yang mampu memasarkan komoditas perikanan budidaya tersebut sebanyak 70 ribu ton per tahun dengan harga sebesar 2,8 dolar AS per kg. Made menyatakan, Indonesia saat ini baru akan memulai ekspor ikan lele dalam bentuk fillet sehingga untuk meningkatkan daya saing dengan negara lain maka harus bisa menjual lebih dengan harga lebih rendah yakni sekitar 2,6 dolar AS per kg. Dikatakannya, untuk dipasarkan dalam bentuk fillet maka ukuran lele yang dikehendaki yakni lebih dari 800 gram per ekor berbalikan dengan untuk konsumsi dalam negeri yang umumnya justru lebih menyukai yang berukuran kurang dari 800 gram per ekor. Menyinggung bantuan permodalan bagi pengembangan perikanan budidaya termasuk lele, dia menyatakan, DKP telah menggandeng PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk menyalurkan dana bagi sektor usaha kecil dan menengah. "Dalam waktu dekat akan disalurkan modal usaha bagi pembudidaya lele dan ikan patin di Jambi, Sumsel dan Riau dana sebanyak Rp5 miliar per kelompok yang akan dilanjutkan pada Maret mendatang untuk sebanyak 500 pembudidaya lele di Bali," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006