Miliarder Rusia pemilik klub Inggris Chelsea, Roman Abramovich  (ANTARA/AFP/Glyn Kirk) (ANTARA/AFP/Glyn Kirk)


Chelsea pun dijual

Permintaan IOC itu sendiri segera ditanggapi badan-badan olahraga dunia. FIFA misalnya, sampai melarang Rusia mengikuti Piala Dunia Qatar 2022, sedangkan badan bulu tangkis dunia BWF menutup semua pintu kompetisi bulu tangkis termasuk turnamen bergengsi All England dimasuki atlet-atlet Rusia dan Belarus.

Kini, badan-badan olahraga dunia baik dalam naungan IOC maupun yang berinduk ke IPC serempak melarang atlet Rusia dan Belarus, termasuk tenis.

Baca juga: BWF larang atlet Rusia-Belarusia berlaga di ajang internasional

Itu artinya petenis petenis top Rusia seperti Anastasia Pavlyuchenkova, Daniil Medvedev yang petenis nomor 1 dunia, dan nomor 6 dunia Andrey Rublev, terancam dikeluarkan dari kalender kompetisi tenis, termasuk French Open, Wimbledon dan US Open yang bergengsi itu. Juga petenis-petenis Belarus, termasuk petenis putri nomor tiga dunia, Aryna Sabalenka.

Tak hanya atlet, sejumlah pemilik klub atau tim olahraga dan sponsor olahraga asal Rusia juga diboikot oleh Eropa, antara lain miliarder Roman Abramovich yang terpaksa menjual klub Liga Inggris, Chelsea.

Abramovich tak terang-terangan mendesak perdamaian seperti disampaikan banyak atlet Rusia, namun dari caranya meninggalkan Chelsea, dia terlihat merasa tersandera oleh manuver politik Putin.

Salah satu indikasinya terlihat saat dia tak mengeluhkan kebijakan Inggris yang menjatuhkan sanksi kepada orang-orang seperti dirinya yang merupakan oligarki yang berasosiasi dengan Putin. Sebaliknya dia terlihat terpaksa meninggalkan The Blues sampai menyatakan tak akan meminta utang Chelsea kepada dirinya dibayar.

Baca juga: Roman Abramovic: saya putuskan untuk jual Chelsea

Putrinya, Sofia Abramovich, lebih terang-terangan dari bapaknya. Dalam akun Instagram-nya dia menulis pesan "Rusia ingin perang dengan Ukraina", tapi sebelum kata "Rusia" ada kata "Putin", dan kata "Rusia" sendiri dicoretnya dengan garis merah.

Sejumlah pengusaha Rusia yang juga berbisnis di luar negeri, termasuk yang aktif mensponsori olahraga, juga meminta Putin menghentikan perang. Ini termasuk taipan aluminium Oleg Deripaska, pendiri Alfa Bank Mikhail Fridman dan bankir Oleg Tinkov.

Bahkan pengusaha Anatoly Chubais yang mengarsiteki program swastanisasi Rusia pada 1990-an memasang foto tokoh oposisi terkenal yang ditembak mati dekat Kremlin pada 2015, Boris Nemtsov. Sekalipun tanpa caption, pesan Chubais itu implisit menentang kebijakan perang di Ukraina.

Pun demikian dengan orang terkaya Rusia yang total kekayaannya mencapai Rp418,7 triliun, Alexei Mordashov. Dia mendesak Putin menghentikan apa yang disebutnya "pertumpahan darah", sembari menyatakan tak tahan melihat orang Rusia dan Ukraina mati akibat perang, serta menyaksikan kehidupan rakyat Rusia kian sulit oleh ekonomi yang menjurus ambruk.

Mengingat para pengusaha Rusia itu mungkin tak akan bangkrut karena sanksi walau kekayaannya terpangkas, dampak sanksi terhadap mereka mungkin tak akan membuat Putin menghentikan perang, paling tidak untuk waktu dekat ini.

Baca juga: Biden sebut ekonomi Rusia kini terguncang karena Putin
Baca juga: Putin teken dekret tentang kebijakan untuk jamin stabilitas keuangan

Selanjutnya: citra Putin

Copyright © ANTARA 2022