Magelang, (ANTARA News) - Kawasan Gunung Merapi diharapkan bisa menjadi laboratorium lingkungan hidup yang pertama di Indonesia jika kesadaran masyarakat setempat untuk upaya pelestarian lingkungan semakin tinggi. "Selama ini belum ada laboratorium lingkungan hidup di Indonesia, diharapkan Merapi yang pertama," kata Pembantu Dekan III Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Suratman Woro Suprodjo saat beraudiensi dengan Bupati Magelang Singgih Sanyoto di Magelang, Selasa (7/2) terkait Pengembangan Ekonomi Kawasan Pegunungan (PEKP). Ia menjelaskan, program PEKP dilakukan di Magelang karena daerah itu dianggap berhasil menutup beberapa lokasi penambangan pasir Merapi yang berpotensi merusak lingkungan. Masyarakat kawasan Merapi di Kabupaten Magelang, katanya, makin menyadari pentingnya memelihara lingkungan setempat, Sejak pertengahan Maret 2004 lalu, katanya, telah dilaksanakan program penanaman berbagai anakan pohon seperti durian, sukun, pete, jeruk keprok dan alpokat pada lahan seluas sekitar 50 hektare. Setiap hektare, katanya, ditanam sekitar empat ratusan anakan pohon dengan jarak setiap pohon sekitar lima meter. Ia mengatakan, sejumlah desa sekitar Gunung Merapi yang telah melakukan penanaman anakan berbagai jenis pohon itu antara lain Desa Kemiren 20 hektare, Desa Kaliurang 10 hektare, Desa Ngargosuko, Sengi dan Sumber masing-masing lima hektare. Peningkatan kesadaran masyarakat setempat, katanya, diharapkan meningkatkan kualitas lingkungan kawasan pegunungan, meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat, terciptanya kawasan agroturisme yang sekaligus sebagai laboratorium lapangan pelestarian lingkungan hidup. Laboratorium itu, katanya, memicu pengembangan kawasan berbasis riset untuk menyiptakan "Eduturism". Bupati Singgih Sanyoto mengatakan, pengendalian penambangan pasir di Merapi relatif sulit karena pasir dari kawasan itu memang sangat dibutuhkan untuk pembangunan. "Kualitas pasirnya memang bagus," katanya. Bagaimanapun, katanya, penambangan tidak boleh merusak lingkungan. Program PEKP diharapkan secara perlahan bisa mengembalikan ekosistem Merapi. "Blantak (sisa ayakan pasir,Red) yang ada sebenarnya juga bisa diolah lagi, dimanfaatkan tetapi jangan sampai merusak lingkungan," katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006