Jakarta (ANTARA) -
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh di tengah kisaran 4,8 persen hingga 5,5 persen, yakni 5,1 persen pada 2022, meski kondisi ekonomi global kini cukup menantang.
 
Kondisi global yang dimaksud adalah peningkatan tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina, potensi inflasi yang tinggi, kebijakan pengurangan pembelian aset alias tapering dari Bank Sentral Amerika Serikat, dan tekanan dari COVID-19 varian Omicron.
 
“Beberapa hal tersebut amat menantang dan perlu untuk terus diwaspadai dan dicermati, tetapi kami yakin selama kita masih tetap menjalankan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dengan baik, perekonomian kita masih akan tumbuh dengan baik,” Purbaya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
 
Kebijakan fiskal dan moneter baik yang dimaksud adalah kebijakan moneter dan fiskal yang masih mendukung perekonomian.
 
Jika melihat dari sisi moneter, Purbaya menuturkan jumlah uang yang ada di sistem ekonomi dan betul-betul siap mendorong pertumbuhan ekonomi masih cukup tinggi, yakni tumbuh di atas 20 persen.
 
Terkait kondisi suku bunga penjaminan, LPS telah memangkas Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) sebesar 275 basis poin (bps) untuk TBP rupiah dan 150 bps untuk TBP valas sepanjang tahun 2020-2021, sehingga berhasil berdampak kepada penurunan suku bunga kredit.
 
"LPS akan terus mencermati respons perkembangan suku bunga simpanan, dan akan melakukan evaluasi atas kebijakan TBP sesuai perkembangan data dan informasi terkini yang tersedia dengan tetap memperhatikan proses pemulihan ekonomi, stabilitas sistem keuangan dan likuiditas," tegasnya.

Baca juga: LPS tekankan pentingnya manajemen risiko di era perbankan digital
Baca juga: LPS akan diberi mandat untuk jamin polis asuransi
Baca juga: Menko Luhut sebut ekonomi RI bisa tumbuh 6 persen dengan efisiensi

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022