Jakarta (ANTARA) - Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menjelaskan prosesi penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi oleh masing-masing gubernur di Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN), Kalimantan Timur, sebagai perwujudan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

"Beliau menandakan tanah dan air. Jadi, Tanah Airku, seperti lagu Indonesia Raya," kata Budi Hartono saat dikonfirmasi melalui pesan singkat kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Dijelaskan pula bahwa tanah dan air tersebut akan ditanam di Kawasan Titik Nol Kilometer Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Presiden RI Joko Widodo, dalam sambutannya, mengatakan bahwa prosesi penyatuan tanah dan air yang dibawa oleh para gubernur dari 34 provinsi di lokasi IKN, Kaltim, merupakan bentuk kebinekaan dan persatuan dalam rangka pembangunan Ibu Kota Nusantara.

"Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para gubernur. Ini merupakan bentuk dari kebinekaan dan persatuan yang kuat di antara kita dalam rangka membangun Ibu Kota Nusantara ini," kata Presiden Jokowi.

Dengan penyatuan tanah dan air tersebut, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai cita-cita besar bangsa segera mulai.

Selain itu, Presiden Jokowi juga mengikuti prosesi penanaman pohon khas dari 34 provinsi di Titik Nol Kilometer Ibu Kota Nusantara (IKN).

Berdasarkan informasi yang disampaikan melalui tayangan akun YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi menanam pohon meranti merah atau Shorea leprosula, sedangkan Ibu Negara Iriana Jokowi menanam pohon kamper atau Dryobalanops aromatica.

Prosesi penanam pohon diikuti pula 34 gubernur dari seluruh provinsi di Indonesia yang menanam pohon khas dari daerahnya masing-masing.

Berdasarkan pantauan, sejumlah pohon khas yang ditanam para gubernur, antara lain kemiri, kecapi, rasamala, rambutan, bisbul, pala, kemang, dan bangkirai.

Baca juga: Anies Baswedan bawa pesan keadilan sosial ke Ibu Kota Nusantara

Baca juga: Tanah dari Kota Tua dinilai lebih tepat dibawa ke IKN

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022